Tampak ekskavator berwarna merah buatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terparkir di area pembangunan LRT di pinggir tol TMII, Jakarta Timur.
Direktur Utama Pindad Silmy Karim menyebut alat berat produksi Pindad memang dipesan khusus oleh beberapa BUMN konstruksi, salah satunya Adhi Karya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masuknya alat berat produksi alat berat made in Bandung ini, kata Silmy, bisa dipakai sebagai ajang pembuktian produk dalam negeri.
Baginya, alat berat lokal dinilai sudah mampu terlibat pada proyek besar seperti LRT. Namun, Silmy tidak menyebut berapa unit ekskavator seharga Rp 1,23 miliar/unit itu dilibatkan selama proses konstruksi LRT.
"Ini semacam pengujian, ini mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri. Ini juga sebagai sinergi antar BUMN yang sesuai arahan bapak presiden. Kita sebetulnya mampu kalau diberi kesempatan dan jangan underestimate (merendahkan)," jelasnya.
Silmy mengaku Pindad juga memiliki kemampuan memproduksi komponen utama dalam kereta. Dengan adanya proyek kereta LRT, Pindad berencana menggandeng PT INKA (Persero) untuk bersinergi memasok komponen kereta.
"Pindad bisa produksi komponen, untuk LRT, kita akan pasok breaking system dan motor listrik. Itu komponen utama. Nanti, kita bareng-bareng dengan INKA agar bisa mendapatkan," paparnya.
(feb/ang)