Menko Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, sejak lama industri dalam negeri tidak didorong ke sektor pengolahan dan penciptaan produk yang sesuai dengan standar iInternasional. Produk mentah cenderung diekspor ke Singapura untuk diolah kembali, dan kemudian diekspor Singapura ke negara lain.
"Ini yang saya cerita, kita yang menghasilkan hasil bumi banyak dari dulu, tapi yang lebih kaya dulu Singapura. Padahal ekspornya sama. Tapi yang kita ekspor standarnya nggak jelas, kalau mereka buat standarnya buat mereknya, pakai surat soal kadar. Jadi harganya lain," ungkap Darmin dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (18/9/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi harusnya roda ekonomi bisa berputar lebih besar di dalam negeri, itu terputus karena harus lewat Singapura," sebut Darmin.
Salah satu kecanggihan Singapura adalah, dengan membuat banyaknya pusat logistik berikat atau yang dikenal dengan nama gudang berikat. Berbagai fasilitas dan kelonggaran aturan diberikan agar pihak swasta membangun di negaranya.
Gudang berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang impor, yang dapat disertai satu atau lebih kegiatan berupa pengemasan atau pengemasan kembali, penyortiran, penggabungan, pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.
"Pusat logistik jadi adalah salah satu upaya untuk dia mengimpor mengekpor. Perusahaan tak perlu membayar macam-macam dia bisa mengumpulkan, kalau hasil kerajinan dari mana begitu, dia bikin standarnya," terangnya.
Langkah tersebut akan ditiru oleh Indonesia dengan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 tahun 2009 dengan perluasan gudang berikat menjadi pusat logistik berikat. "Kalau selama ini kita bilang biaya logistik mahal, itu nanti bisa ikut teratasi. Itu yang kita lakukan," papar Darmin.
(mkl/dnl)