Para pengguna KRL yang familiar disapa rombongan kereta atau 'roker' banyak menitipkan kendaraan, motor dan mobil, pada parkir tidak resmi yang dikelola warga.
Penitipan motor laris manis di dalam dan sekitar stasiun KRL keberangkatan seperti Stasiun Depok Baru, Bogor, Bekasi, hingga Rawa Buntu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sehari itu, ia bisa meraup omset bersih sekitar Rp 1,5 jutai atau sekitar Rp 35 juta per bulan. Omset ini sudah menghitung uang yang masuk di hari libur atau akhir pekan.
"Sehari kan ada 300-an motor. Kalau pukul rata sehari 300 motor yah segitu (Rp 1,5 juta). Sementara kalau libur turun drastis jadi 100-an motor. Tarif parkirnya Rp 5.000 sampai malam," kata Kokom kepada detikFinance di rumahnya, di dekat Stasiun Depok Baru, Depok, Jumat (25/9/2015).
Menurutnya, omset tersebut sudah bersih karena dirinya tidak mempekerjakan karyawan. Sementara, modal usahanya hanya rumah milik sendiri yang luasnya kurang lebih 4 kali dari luas lapangan badminton.
Pendapatan bisa melonjak bila semakin banyak 'roker' yang menititipkan motornya hinga larut malam atau diinapkan. Sebagai ilustrasi, motor yang diambil di atas jam 22.00 wib, pihaknya akan menaikan tarif menjadi Rp 6.000.
"Itu sampai jam 23.00, tapi jam 23.00 kita sudah tutup, kalau nginap kena Rp 8.000," jelas Kokom.
Kokom mengaku, keluarganya merupakan penyedia jasa parkir pertama di dekat Stasiun Depok Baru. Kini, tetangganya mulai melirik usaha penitipan motor yang jumlahnya sudah menjamur.
"Kita pertama. Saya asli Betawi di sini, sebelum yang ikut-ikutan. Saya sudah buka penitipan motor sejak tahun 1987. Baru setelah KRL ramai orang pada buka juga," pungkasnya.
(feb/feb)