"Padi varietas IPB 3S ini kami susun dengan arsitektur baru. Sifat-sifat dibuat lebih unggul dari varietas umumnya maupun varietas unggul yang selama ini ada," kata Hajrial Aswidinnoor, pemulia varietas padi IPB 3S, kepada detikFinance, Minggu (27/9/2015).
Ukuran yang kerap dipatok untuk membandingkan keunggulan suatu varietas padi yaitu produktivitasnya, yaitu jumlah padi yang mampu dihasilkan dari setiap hektar sawah. Rata-rata padi di Indonesia memiliki produktivitas 5-6 ton gabah kering giling (GKG) per hektar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Produksinya mencapai 8,5 ton gabah kering giling (GKG) per hektar. Itu sudah lebih tinggi 3 ton dari rata-rata produksi beras biasa yaitu 5-6 ton GKG/hektar. Meskipun ditanam selama musim kemarau, hasil panen terbukti tetap tinggi,” jelas Hajrial.
Sifat unggul padi varietas ini tidak butuh banyak air. “Airnya tidak usah terlalu tinggi, cukup macak-macak (basah) saja. Tidak perlu selalu digenangi. Terlepas dari El Nino, Karawang sendiri dengan irigasi teknis memang airnya cukup mengalir terus,” katanya.
Hajrial menjelaskan soal produksi secara ubinan mampu mencapai 14,2 ton gabah kering panen (GKP) per hektar. Produksi riilnya 10,6 ton GKP/hektar, lalu setelah dijemur hingga menjadi gabah kering giling diperoleh 8,5 GKG ton/hektar. Setelah dikonversi ke beras menjadi 5,5 ton beras/hektar.
“Sejauh ini saya belum mendengar hasil riset yang lebih tinggi produksinya dari ini,” tambah Hajrial.
Ia menjelaskan, umumnya padi ditanam pendek-pendek dan anakannya banyak tapi malai atau sekumpulan bunga padinya hanya 160-180 buah. IPB 3S lebih unggul yaitu bisa satu tangkai berisi 300-350 butir malai. Bobot bulir padinya lebih berat yaitu 28 gram tiap 1.000 biji, sedangkan padi pada umumnya hanya 26 gram per 1.000 biji.
Produksi bisa tinggi selain karena jumlah malainya banyak, padi ditanam dengan teknik optimasi budidaya. “Kami pakai teknik IPB Prima. Kami lakukan pengendalian hama dan penyakit tanamannya, teknik pemupukan berimbang. Potensi hasil akan maksimal jika menanam 3-4 benih tiap satu lubang tanam," katanya.
Menurut Hajrial, keunggulan lainnya umurnya lebih genjah (pendek) dibanding varietas biasa seperti Ciherang. Umur varietas ini yaitu 112 hari. Selain itu, secara fisik, batangnya lebih besar dan lebih tegar. Jika dipandang, akan sedikit lebih tinggi dari tanaman padi umumnya.
Nama varietas padi 3S artinya, kata Hajrial menandakan varietas ketiga yang dirilis. Ia juga merilis padi varietas unggul untuk lahan rawa dengan kode R.
“Angka 3 artinya hasil ketiga yang saya rilis. Huruf S menandakan padi sawah," katanya.
Bagaimana dengan rasa nasi dari beras hasil bibit IPB 3S?
“Tekstur nasinya pulen. Masyarakat yang sudah coba memasaknya bilang katanya lebih enak dari Ciherang. Kadar amilosanya juga membuat rasa beras ini bisa diterima dan disukai masyarakat,” terangnya.
Luas lahan yang dipanen di Desa Cikarang, Karawang hari ini yaitu 110 hektar. Sebanyak 65 hektar diantaranya menggunakan benih unggul IPB 3S. Total luas lahan di Karawang yang ditanami varietas IPB 3S yaitu 600 hektar.
“100 hektar sudah dipanen 3-4 minggu lalu. Hari ini ada panen lagi dan simbolisnya tadi disaksikan Pak Presiden,” kata Hajrial.
- Nomor silsilah:IPB97-F-15-1-1
- Asal persilangan:IPB6-d-10s-1-1-1/Fatmawati
- Golongan :Cere
- Umur tanaman:112 hari
- Bentuk tanaman:Tegak
- Tinggi tanaman:118 cm
- Anakan produktif:7-11 batang
- Warna kaki:Hijau
- Warna Batang:Hijau
- Warna Telinga Daun:Tidak berwarna
- Warna lidah daun:Tidak berwarna
- Warna daun:Hijau
- Permukaan daun:Kasar
- Posisi daun:Tegak
- Daun Bendera:Tegak
- Bentuk gabah:Medium
- Warna Gabah:Kuning jerami
- Kerontokan:Sedang
- Kerebahan:Tahan
- Jumlah gabah total per malai:223 butir
- Rata-rata hasil:7,04 t/ha GKG
- Potensi hasil:10,23 t/ha GKG
- Bobot 1000 butir:28.2 gram
- Tekstur nasi:Pulen
- Kadar amilosa:21,6%
- Ketahanan terhadap hama: Agak rentan terhadap wereng coklat Biotipe 1,2, dan 3.
- Ketahanan terhadap penyakit:Tahan terhadap Tungro, agak tahan terhadap blas ras 033, agak tahan terhadap HDB ras III.
- Anjuran tanam:Lahan irigasi dan tadah hujan, 0 – 600 m dpl.
- Pemulia:Hajrial Aswidinnoor, Willy Bayuardi S., Desta Wirnas, dan Yudiwanti WE Kusumo
- Peneliti:Toni Eka Putra, Sutardi, Titiek Ismaryati, Asep Suryana, Said Gatta, Winda Halimah, Deni Hamdan Permana, Sumiyati, Baehaki SE, dan Triny S. Kadir.
- Teknisi:Adang, Jaenal, Suti’ah, Jumisnan, Joko Mulyono, Sulaeman, Rohana, Iroh, Siti Nurmah, Odah, Robiah
- Pengusul:Institut Pertanian Bogor