Peminat dari Jepang paling ‘getol’ berburu batik Indonesia dibandingkan negara lainnya.
"Batik sudah dikagumi oleh luar Indonesia. Peminat kolektor asing masih tinggi. Seperti Ibu Watanabe dari Jepang selalu datang dan belanja batik. Ada juga dari Amerika Serikat juga dari Eropa pada belanja batik,” ungkap Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian perindustrian Euis Saedah, ditemui detikFinance, pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah ada pembeli dari Inggris, Amerika, tapi lebih banyak orang Eropa. Pembeli dari Jepang paling banyak. Saya heran sama keunikan selera orang Jepang. Ada kain 4 tahun nggak laku. Nggak ngerti kenapa dibeli sama orang Jepang dan ngotot hanya mau yang itu," kata Chandra.
Pedagang batik di pusat batik Thamrin City pun mengatakan hal serupa. “Orang luar suka beli selendang buat oleh—oleh. Orang manca yang sering beli di sini ada dari Malaysia, Jepang, dan Thailand. Paling sering dari Jepang. Beli selendang sama kain," ungkap Endah, pedagang di kios Batik Cirebon, Thamrin City, Jakarta Pusat.
Pemburu batik dari Jepang ini bahkan sampai mencari batik-batik kuno yang tergolong langka. Hal ini diungkapkan oleh seorang kolektor batik, Hartono Sumarsono yang sekaligus pendiri Batik Kencana Ungu dan Pemilik Batik Citra Lawas.
"Dari dulu kolektor Jepang itu banyak berburu batik kita. Padahal dari tahun 1980-an saya mulai koleksi aja sudah sedikit karya yang bagus, apalagi sekarang makin langka," jelas Hartono.
Menurut data Kementerian perindustrian nilai ekspor batik RI sejak 5 tahun terakhir tumbuh 14,7%. Pada 2011 nilai ekspor batik tercatat Rp 43,961 triliun dan terus meningkat setiap tahunnya hingga pada 2015 diprediksi bakal mencapai nilai eskpor Rp 50,439 triliun.
Nilai Ekspor Batik
2011 : Rp 43,961 triliun
2012 : Rp 46,159 triliun
2013 : Rp 47,543 triliun
2014 : Rp 48,970 triliun
2015 : Rp 50,439 triliun
(rrd/rrd)











































