President & CEO Citilink Indonesia Albert Burhan mengatakan, penerbangan dari dan menuju Denpasar dari bandara Halim Perdanakusuma dilakukan sebanyak dua kali penerbangan dalam sehari.
Hal ini merupakan langkah strategis guna melengkapi penerbangan Citilink yang sudah ada sebelumnya dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerbangan Citilink dari dan menuju Bali kini menjadi 12 kali sehari atau 24 penerbangan pulang pergi yang berasal dari Soekarno-Hatta, Cengkareng (empat kali PP), Halim Perdanakusuma (dua kali PP), Bandung (satu kali PP), Surabaya (empat kali PP), dan Balikpapan (satu kali PP).
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Bali bulan Agustus 2015, untuk angkutan udara domestik, jumlah pesawat yang berangkat dari Bandara Ngurah Rai sebanyak 3.299 unit penerbangan, naik 5,97% dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 3.113 unit penerbangan.
Sejak memperoleh Air Operator Certificate (AOC) pada 2012, Citilink mengalami pertumbuhan luar biasa. Bermodal sembilan pesawat di tahun 2012, kini armada maskapai anak perusahaan Garuda Indonesia tersebut telah memiliki 36 pesawat dari jenis Airbus A320.
Citilink menargetkan mampu mengangkut sebanyak 11,2 juta penumpang di akhir tahun 2015.
βCitilink dalam waktu dekat juga akan membuka rute-rute baru untuk menjangkau wilayah timur Indonesia seperti Manado dan Palu. Selain itu, kita juga akan meningkatkan frekuensi penerbangan dari Makassar dan Lombok guna merajut konektivitas penerbangan di seluruh Nusantara,β kata Albert.
Pada semester I-2015, Citilink mampu mencetak laba operasi (operating income) sebesar US$ 4,9 juta atau senilai Rp 65,7 miliar dan keuntungan bersih (net profit) sebesar US$ 1,46 juta atau Rp 19,5 miliar.
Dari sisi pendapatan usaha, Citilink berhasil meraup Rp 2,98 triliun, atau meningkat 28,1% dari periode yang sama pada 2014 yang mencapai Rp 2,32 triliun.
Sementara itu, aset Citilink juga meningkat dari Rp 1,83 triliun pada semester I-2014 menjadi Rp 2,76 triliun atau meningkat 51,1%. Ekuitas perusahaan menjadi positif, yaitu sebesar Rp 188,8 miliar dari sebelumnya yang mengalami defisiensi modal.
(drk/ang)











































