Beberapa potensi investasi di kawasan perbatasan termasuk pulau-pulau terluar ditawarkan di acara yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menggelar acara ini untuk memamerkan potensi investasi di daerah perbatasan mulai dari sektor pariwisata hingga pengolahan hasil hutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Riau menampilkan profil daerah perbatasan di antaranya Kabupaten Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Indragiri Hilir, Kota Dumai dan Kabupaten Pelalawan. Daerah kepulauan ini menawarkan investasi bidang pariwisata dengan kekayaan lautnya hingga pengolahan sagu yang jumlahnya melimpah.
Kepulauan Meranti pun menawarkan aneka olahan sagu dari kerupuk sagu, kue sagu, hingga mie sagu.
Stan badan pengelola perbatasan Provinsi Sulawesi Utara menampilkan 11 pulau terluar di Sulut. Wisata bawah laut menjadi jualan utama wilayah ini. Salah satu yang ditawarkan yaitu wisata menyelam ke gunung api bawah laut di Pulau Mehengetang, Kepulauan Sangihe.
Di Provinsi Sulut terdapat pulau paling utara Indonesia yaitu Pulau Miangas yang juga menawarkan pariwisata bawah laut didukung infrastruktur yang baik dengan adanya bandar udara di pulau ini.
Daerah perbatasan dan terdepan yang turut unjuk potensi daerah dalam pameran tersebut yaitu Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat hingga Kabupaten Keerom. Kabupaten Keerom merupakan daerah perbatasan Indonesia dengan negara Papua Nugini.
"Di sana, tanda pembatas Kabupaten Keerom dengan PNG hanya sebuah tugu putih bertuliskan MM.4A setinggi satu meter. Ada 9 tugu, artinya ada 9 titik perbatasan. Di distrik Keerom sendiri, ada yang teraliri listrik, ada yang belum. Batasnya itu dengan Papua Nugini setelah tugu adalah sungai dan hutan," kata Pestaria Sinaga, Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dalam Border Investment Summit di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Pestaria menceritakan, minimnya infrastruktur di daerah tersebut menyulitkannya menarik investasi ke Kabupaten Keerom. "Tantangannya listrik belum masuk sepenuhnya. Investor pun jadi enggan. Kalau transportasi darat masih bisa dilalui mobil dari Jayapura tidak sampai satu jam. Penerbangan terdekat dari Jayapura. Potensi di sana ada kulit kayu-kayuan Masohe untuk bahan parfum, " jelas Pestaria.
Ia pun menggambarkan kondisi di tapal batas. "Mau ke tapal batas harus melewati hutan. Menuju ke PNG, kita pakai kartu di pos lintas batas yang fungsinya seperti paspor. Kalau malam gelap di daerah perbatasan itu, Indonesia ataupun PNG sama-sama belum teraliri listrik," ujarnya.
(hen/hen)











































