Menggapai Pulau Terluar di Selatan RI

Menggapai Pulau Terluar di Selatan RI

Lani Pujiastuti - detikFinance
Senin, 09 Nov 2015 07:55 WIB
Foto: Lani/detikFinance
Rote Ndao - Rote, pulau terluar di Selatan RI. Sebuah pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur ini masuk dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao. Nama Kabupaten Rote Ndao berasal dari dua pulau besar di dalamnya, yaitu Pulau Rote dan Pulau Ndao. Ada dua hal yang terbersit ketika mendengar kata Rote, yaitu pantai dan tenun.

Kabupaten ini baru terbentuk 13 tahun lalu, tepatnya pada 2 Juli 2002. Rote Ndao memiliki luas wilayah mencapai 1.280 km dengan wilayah lautnya seluas 2.376 km. Kabupaten ini merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari 96 pulau, namun hanya 8 pulau yang berpenghuni termasuk Pulau Rote.

Pekan lalu detikFinance berkesempatan menggapai pulau tersebut dan menginap selama tiga malam. Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta di Jakarta, Kamis (5/11/2015). Jarum jam menunjukkan pukul 02.30 WIB ketika pesawat lepas landas. Tertera dalam tiket sebuah maskapai berlogo singa, penerbangan menuju Bandara El Tari Kupang akan ditempuh dalam waktu 3,5 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pukul 06.30 WITA pesawat mendarat di Bandara El Tari Kupang. Akses transportasi ke daerah ini cukup lengkap. Dari Kupang, perjalanan bisa dilanjutkan dengan dua alternatif yaitu jalur udara dengan penerbangan Kupang-Rote atau jalur laut dengan menumpang kapal ferry expres dan ferry lambat.

Perjalanan via udara bisa ditempuh menggunakan maskapai yang masih satu grup berlogo singa tersebut. Rute penerbangan Kupang-Rote mulai beroperasi sejak Desember 2015. Penerbangan dari Bandara El Tari Kupang menuju Bandara DC Saudale Rote Ndao ditempuh hanya dalam waktu 25 menit. 

Bandara terletak di ibukota Kabupaten Rote Ndao yaitu Ba'a. Penerbangan dilayani dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu menggunakan pesawat ATR 72 berkapasitas 72 kursi.

Kala itu kami menempuh jalur laut. Dari bandara El Tari menuju pelabuhan Tenau memakan waktu 45 menit. Setibanya di pelabuhan, kami menunggu selama 30 menit hingga muncul kapal ferry berwarna kuning cerah bertuliskan Bahari Express.

Saat berbincang dengan awak kapal, disebut bahwa kapal tersebut merupakan kapal terbaik yang melayani rute pelabuhan Tenau di Kupang menuju pelabuhan Ba'a di Rote Ndao PP setiap hari.

"Ini kapal ferry cepat terbaik rute Kupang-Rote. Waktu tempuh hanya 1 jam 40 menit. Kalau naik ferry lambat bisa 3 jam 40 menit," kata seorang awak kapal.

Dengan tiket VIP seharga Rp 190.000 bisa mendapat ruang ber-AC, TV layar lebar yang waktu itu memutar lagu-lagu barat lawas dan makanan ringan. Ruangannya tepat terletak di belakang ruang kapten.

Di tengah perjalanan menuju Pulau Rote, mulai terasa kapal bergerak naik turun menerjang perairan bergelombang. Titik tersebut merupakan pertemuan arus Samudera Hindia, Laut Sawu dan Laut Timor.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 40 menit, kapal tertambat di pelabuhan Ba'a, Pulau Rote. Pelabuhan Ba'a sangat sederhana. Tempat loket tiket terletak terpisah jauh dari dermaga kapal.

Para porter terlihat sibuk membawa barang bawaan penumpang yang sebagian masih anak—anak. Angkutan yang tersedia yaitu taksi berupa kendaraan pribadi carteran dan ojek.

Tujuan kami yaitu ke Pantai Nemberala yang berjarak 1 jam 20 menit dari Pelabuhan Ba'a. Kami menumpang kendaraan pribadi untuk sampai ke sana. Matahari bersinar terik di Pulau Rote. Bentang alam tanah berbatu dengan pohon tanpa dedaunan hijau mendominasi perjalanan.

Sesekali mobil harus mengurangi kecepatan karena sekawanan domba, kambing, sapi, babi hingga anjing tiba-tiba melintas. Bentang alam berganti menjadi lahan sawah yang sudah mengering. Rupanya daerah surplus beras di NTT ini sebagian besar mengandalkan sawah tadah hujan. Sepanjang perjalanan, hanya tanaman kayu-kayuan dan lontar yang masih bertahan di tengah kemarau yang belum usai di Rote.

Untungnya, kondisi jalan sebagian besar baik hingga tiba di Nemberalla. Di tempat tersebut, ada sebuah pantai yang terkenal menjadi incaran para peselancar dunia. Sepanjang garis pantai paling selatan RI ini menawarkan gulungan ombak yang membuat turis pecinta surfing jatuh hati. Beberapa turis asal Australia bahkan tinggal cukup lama di Pulau Rote hingga mendirikan resort atau tempat penginapan di pinggir pantai.

Banyak aktivitas bisa dilakukan di pulau ini. Mulai dari berselancar, wisata pantai, menengok kampung tenun, rumah raja Rote, hingga budidaya rumput laut. Penduduk setempat pun ramah dan sudah terbiasa dengan adanya pendatang baik domestik maupun mancanegara.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads