"Kalau soal defisit ekspor kita ke sana, lebih kecil dibanding impor dari sana," ungkap Menko Perekonomian Darmin Nasution di kantornya, Jakarta, Senin (16/11/2015).
Darmin mengungkapkan, ekspor adalah sisi yang paling terpukul. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor ke China hanya sebesar US$ 11 miliar (Januari-Oktober) atau turun 20,1% dari US$ 13,7 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu juga menurun, namun sekarang menjadi lebih buruk seiring dengan penurunan harga komoditas seperti sawit yang selama ini menjadi andalan ekspor. Di sisi lain, China melemahkan mata uang Yuan, sehingga ekspor mereka makin kompetitif.
"Itu karena ekonomi China benar-benar melambat, dan dampaknya cukup langsung ke kita," jelasnya.
Darmin menegaskan, tidak cuma Indonesia yang mengalami persoalan ini. Melainkan juga negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina.
"Bukan hanya ke kita, tapi juga ke Malaysia, besar pengaruhnya ke Filipina," imbuhnya.
Seperti diketahui barang impor dari China yang masuk selama Januari-Oktober 2015 tercatat impor produk China US$ US$ 23,8 miliar atau naik 64,39% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 14,5 miliar.
(mkl/hen)











































