Meski bulan November ini sudah turun hujan, serangan el nino belum berakhir. Hujan di Indonesia saat ini berasal dari angin barat yang membawa uap air.
Jika angin barat tersebut berhenti, el nino akan kembali membawa kekeringan. Tidak tertutup kemungkinan el nino kembali datang di awal 2016.
"Pagi ini saya rapat tentang el nino. Info yang saya dapat, menurut para ahli, hujan ini belum menunjukkan akhir el nino. Hujan sekarang hanya karena angin barat membawa uap dari barat. Tidak tertutup kemungkinan Januari-Februari hujan berhenti," kata Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, dalam Media Gathering di Grand Ussu Hotel, Cisarua, Sabtu (28/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Djarot menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir. Bulog siap mengantisipasi kekurangan pasokan beras dengan menggelontorkan stok beras PSO, beras komersial, dan beras impor dari Vietnam. Pasokan beras dapat diamankan hingga musim panen pada April-Juli 2016.
"Kami Bulog siap menghadapi itu (paceklik di awal 2016). Baik menggunakan (beras) PSO, beras komersial, maupun beras impor yang masuk. Asal tidak ada panic buying, segala sesuatu aman sampai panen yang akan datang," tegasnya.
Pihaknya mengaku telah membuat kalkulasi matang untuk stabilisasi harga beras. Kerjasama dengan para pedagang untuk operasi pasar (OP) menjaga harga beras juga telah disepakati.
"Saya melakukan planning, ketahanan pangan penting sekali. Begitu kita salah kalkulasi, ini menjadi masalah besar. Kami di Bulog dengan kondisi yang ada, kami melakukan OP. Kita akan intervensi, kita kerjasama dengan pedagang dengan harga yang dimaui kita semua," tutupnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Pedagang Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) yang juga mantan Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, memperingatkan pemerintah bahwa puncak paceklik padi yang biasanya setiap tahun terjadi pada Januari-Februari bisa menjadi Januari-Maret di awal 2016 nanti.
Penyebabnya ialah el nino yang membuat musim tanam mundur. Harusnya tanam besar dilakukan pada bulan Oktober. Tetapi sangat minimnya curah hujan di Oktober lalu membuat para petani, terutama yang sawahnya tadah hujan alias mengandalkan air dari hujan, tak bisa menanam.Hujan di awal November ini pun masih belum seperti biasanya.
"Kalau normal puncak paceklik itu Januari-Februari, kalau sekarang bisa sampai bulan Maret," ujar Sutarto saat dihubungi detikFinance, beberapa waktu lalu.
Pria yang juga mantan Dirjen Tanaman Pangan Kementan ini menambahkan, panen di bulan Februari 2016 akan lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya karena mundurnya musim tanam. Hal inilah yang membuat puncak paceklik diperkirakan bertambah 1 bulan.
(hns/hns)