Selain perwakilan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), dan Bank Indonesia (BI) yang hadir, acara ini juga dihadiri oleh lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, OECD, IDB, ADB dan akademisi muda dari perguruan tinggi terbaik di dalam negeri.
Tema yang diangkat adalah reformasi fiskal untuk mendorong kekuatan pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan negara. Hal ini melanjutkan tema besar dari pertemuan yang dilangsungkan beberapa tahun sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suahasil menyebutkan rangkaian ini sudah dimulai dari pertemuan secara regional, seperti di Bandung, Manado dan berlanjut ke Bali. Pertemuan tersebut diikuti pemerintah pusat, Bank Indonesia (BI) serta para ekonom regional.
"Dari beberapa pertemuan itu kita akan berkumpul lagi di Bali bertemu lagi dan berbicara soal reformasi fiskal," imbuhnya.
Isu yang akan diangkat memang cukup luas. Proyeksinya juga baru lahir dalam bentuk kebijakan sekitar 5-6 tahun mendatang. Artinya peluang dari pertemuan ini adalah membentuk gerak pemerintah agar menuju ke arah yang benar dan mampu melewati berbagai tantangan yang dimungkinkan terjadi.
Misalnya ketika 2013, tema yang diangkat terkait dengan jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap (MIT). Agar ini terlewati dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satunya yang harus adalah dari pembangunan infrastruktur.
Pengambil kebijakan pada penyusunan APBN 2015 mengarahkan pada pengalihana anggaran dari subsidi energi yang jumlahnya sangat besar ke infrastruktur. Suahasil melihat ada kontribusi dari pertemuan tersebut sebagai landasan pengambilan kebijakan.
"Saya nggak katakan kalau seminar ini satu-satunya yang membentuk kebijakan itu. Tapi ada kontribusinya. Kalau growth strategy tahun lalu, tahun ini kami lihat reformasi fiskal. Kami cari lagi pendapat atau perspektif lain. Orang yang memahami Indonesia dan perhatikan Indonesia dari luar," katanya.
(mkl/hen)











































