Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menilai banyak bisnis BUMN saling terkait sehingga saling bertabrakan dan bersaing ketat. Akibatnya, ada biaya lebih yang harus ditanggung.
Β
Deputi Bidang Konstruksi dan Pengembangan Usaha BUMN, Aloysius K. Ro mengambil contoh BUMN jasa keuangan. Ia menyebut ada BUMN seperti PT Danareksa, PT Bahana Pembinaaan Usaha Indonesia hingga Bank BUMN memiliki bisnis di bidang jasa keuangan sejenis.
"Bahana, Danareksa, Bank BUMN punya pasar sama. 5 BUMN sejenis punya 75% bisnis yang sama. Itu sinergi atau disinergi. Ini akibatnya negara harus bayar gaji Board of Director (BOD) 5 orang," Kata Aloy dalam diskusi BUMN yang diadakan oleh LM FEB Universitas Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Selain jasa keuangan, Aloy menyebut hampir semua BUMN perkebunan memiliki rumah sakit yang sebetulnya jauh dari inti bisnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat hal ini, Kementerian BUMN akan mendorong sinergi antar BUMN. Misalnya, rumah sakit pelat merah nantinya akan dikelola oleh satu perusahaan agar bisnis dan pelayanan seragam.
"Ada Permen (Peraturan Menteri) sinergi. Kita akan revisi. Sinergi simple. Very basic, Pertamina bangun gedung panggil WIKA. Itu biasa. Sinergi itu seperti saat saya Dirkeu (Direktur Keuangan) Antam (PT Aneka Tambang). Kita undang Inalum, karena kita punya bauksit. Mereka butuh SGA (Smelter Great Alumina) yang 100% impor padahal kita punya bauksit. Maka kita bangun SGA di Mempawah yang 75% diambil Inalum," tuturnya.
(feb/hns)











































