Amran dalam acara tersebut berpesan, lahan harus bisa berproduksi maksimal. Kementerian Pertanian kemudian membantu alat dan mesin pertanian modern mulai dari mesin tanam, traktor, pompa air, hingga alat panen. Selain alat modern, Amran berpesan kepada perusahaan penyalur pupuk untuk menyediakan pupuk tepat waktu sebelum tanam.
"Pupuk jangan sampai terlambat. Kalau ada yang oplos pupuk, tangkap saja. Ini kasihan rakyat menanti produksi kita. Kami tambah 5 traktor besar. Totalnya jadi 10, karena sebelumnya 5 traktor untuk jagung. Harus sampai dalam waktu dekat," kata Amran di lokasi penanaman lahan Desa Ramunia Dem-Area Kodam I Bukit Barisan, Rabu (23/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya produksi yang dikawal, Amran menambahkan, harga juga akan dikawal. "Petani, bagaimana harga beras, jagung, kedelai bagus?" tanya Mentan kepada petani.
"Bagus Pak," jawab petani serentak.
Harga, lanjut Amran, bagus tidak terlepas dari upayanya melawan impor hingga beradu dengan importir.
"Tahu nggak kenapa harganya bagus? Menterinya perang. Perangi impor. Kami baru dari lapangan kemarin senang sekali ceria harga jagung bagus, penghasilan petani jagung Rp 28 juta per bulan," kata Amran.
Dia mengatakan, masih terus menahan impor jagung di pelabuhan. "Kami langgar dulu aturan dengan menahan impor. Aturan harusnya dibuat untuk menyejahterakan rakyat. Saya ditelepon Menko Perekonomian kapan impor jagung kena tahan itu dilepas? Saya jawab akan lepas bertahap," jelas Amran.
Harga jagung saat ini mulai merangkak ke harga wajar di atas Harga Pokok Produksi (HPP). Dengan HPP Rp 2.500/kg, harga jagung di tingkat petani saat ini Rp 2.700-3.000/kg. Padahal harga di awal tahun 2015 bahkan jatuh jauh di bawah HPP.
"Januari harga jagung hanya Rp 1.500/kg. Importirnya datang 30 orang katakan rugi Rp 20 miliar karena ditahan 20 hari. Kita hitung-hitungan bandingkan dengan kerugian petani dan akhirnya sepakat tahan dulu impornya, kita kendalikan," ujar Mentan Amran.
(dnl/dnl)











































