Ini Program Kementan Tekan Laju Impor Sapi di 2016

Ini Program Kementan Tekan Laju Impor Sapi di 2016

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 04 Jan 2016 17:00 WIB
Ini Program Kementan Tekan Laju Impor Sapi di 2016
Jakarta - Indonesia masih bergantung pada impor sapi karena populasi sapi di dalam negeri belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan di dalam negeri. Untuk menekan impor sapi, pada 2016 ini Kementerian Pertanian (Kementan) telah memiliki 2 program, yaitu membangun 50 Sentra Peternakan Rakyat (SPR) di seluruh Indonesia dan pengadaan 50.000 ekor sapi indukan.

Dalam APBN 2016, dana sebesar Rp 2,3 triliun dialokasikan untuk SPR, dan Rp 1,5 triliun untuk pengadaan sapi indukan. Kedua program ini akan diusulkan mendapat tambahan anggaran lagi dalam RAPBN-P 2016.โ€Ž Program SPR maupun pengadaan sapi indukan sama-sama bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi di dalam negeri.

Program SPR juga membuat sapi-sapi lokal terpusat di satu lokasi, tidak terpisah-pisah, sehingga pengadaan sapi lokal lebih mudah. Selama ini, sapi lokal berada dalam lokasi yang tersebar karena dimiliki oleh banyak sekali peternak kecil yang tempat tinggalnya tersebar sehingga mempersulit pengadaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada program SPR dan pengadaan sapi indukan. Sekarang anggarannya Rp 2,3 triliun untuk SPR, tapi kemungkinan masih ada perubahan. Pengadaan 50.000 ekor sapi indukan anggarannya hampir Rp 1,5 triliun," papar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Muladno, โ€Žkepada detikFinance di Jakarta, Senin (4/1/2016).

Muladno menjelaskan, SPR akan dibangun di 50 kabupaten di 17 provinsi di seluruh Indonesia. Pembangunan tiap SPR membutuhkan anggaran kurang lebih Rp 1,2 miliar. Setiap SPR akan diisi oleh 1.000 ekor sapi indukan milik para peternak rakyat dan ditambah dari pengadaan sapi indukan impor yang dilakukan pemerintah.

"SPR ada di 17 provinsi, di sekitar 50 kabupaten. Anggarannya untuk tiap SPR Rp 1,2 miliar. Tiap SPR punya 1.000 sapi indukan, jadi perlu paling tidak 50.000 ekor sapi indukan," ujarnya.

โ€ŽDengan asumsi tiap sapi indukan bisa beranak 1 kali tiap tahun, maka akan dihasilkan 50.000 ekor anak sapi setiap tahun. Jika separuh dari anak sapi tersebut berjenis kelamin betina, maka 25.000 diantaranya akan menjadi sapi indukan baru. Dalam setahun ke depan, program SPR dapat menambah 25.000 ekor sapi indukan, dan 37.500 ekor lagi dalam 2 tahun ke depan.

"Hitungannya, 1 indukan beranak 1 kali setiap tahun. Kalau 50.000 ekor sapi indukan saja bisa nambah 25.000 ekor sapi indukan tahun depan. Dalam 2 tahun, kita punya 75.000 ekor sapi indukan, tambah lagi 37.500 ekor sapi indukan," tutur Muladno.

Selain meningkatkan populasi sapi, SPR juga bisa meningkatkan kesejahteraan banyak peternak. Setiap SPR akan melibatkan 400 orang peternak, maka 50 SPR melibatkan 20.000 orang peternak rakyat. Agar pengembangbiakan sapi berhasil, ahli-ahli peternakan juga dilibatkan, tiap SPR didampingi oleh 10 sarjana peternakan yang memberi penyuluhan pada peternak rakyat.

"Ini yang dilibatkan rata-rata 400 peternak per SPR, jadi totalnya ada kira-kira 20.000 peternak yang dilibatkan. Ini masif. Ada 500 intelektual juga yang dilibatkan, orang-orang berpengaruh," pungkasnya.

Sebagai informasi, populasi sapi di Indonesia saat ini hanya sekitar 12,36 juta ekor, menyusut lebih dari 3 juta ekor dalam 3 tahun. Pada 2012 populasi sapi di Indonesia masih 15,98 juta ekor.โ€Ž Karena itu, Indonesia membutuhkan banyak sekali sapi indukan untuk meningkatkan populasi sapi dan mencapai swasembada daging sapi.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads