Kehadiran kapal ternak KM Camara Nusantara I untuk mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke DKI Jakarta mendapat kritik dari importir sapi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Feedloter Indonesia (Apfindo), Joni Liano, mengakui bahwa kapal ternak membuat ongkos distribusi sapi lokal menjadi lebih efisien. Namun, keberadaan kapal ternak ini bakal mubazir karena populasi sapi lokal masih belum memadai.
"Kapal ternak memberi solusi dari problem distribusi. Tapi pemerintah harus waspada, sapi siapa yang akan diangkut?" kata Joni dalam diskusi di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Selasa (5/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus maintain populasi sapi di masing-masing provinsi. Presiden selalu berpikir bahwa NTT gudang ternak, ini keliru," ucapnya.
Dia juga mengkritik langkah pemerintah yang ingin menekan harga daging sapi di DKI Jakarta menjadi hanya Rp 75.000/kg dengan cara menekan harga sapi milik peternak di NTT.
"Kenapa pemerintah berpikir bahwa daging untuk makanan masyarakat DKI harus murah tapi mengorbankan peternak? Sampai kapan pencitraan ini bisa dihentikan? Kebijakan ini tidak benar," tukasnya.
Joni berani memastikan bahwa peternak sapi di NTT merugi karena harga sapi yang diangkut kapal ternak ditekan hingga Rp 35.000/kg bobot hidup.
"Kalau Rp 35.000 sampai di sini, pasti peternak ditekan. Siapa yang tanggung jawab?" tutupnya.
Sebagai informasi, pengangkutan ternak sapi dengan pelayaran perdana kapal ternak KM Camara Nusantara 1 telah dilakukan pada hari Minggu tanggal 6 Desember 2015 pukul 01.00 WITA dari Pelabuhan Tenau Kupang, NTT, dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada hari Jumat pagi, tanggal 11 Desember 2015. KM Camara Nusantara I ini merupakan kapal ternak pertama yang dibuat dan dimiliki Indonesia.
Jumlah ternak yang dikirim menggunakan kapal ternak ini adalah sebanyak 353 ekor dengan jenis ternak sapi Bali jantan yang memiliki rata-rata bobot hidup 250–350 Kg dan diperkirakan rata-rata produksi daging sapi per ekor adalah 125 kg.
Pengiriman sapi dari daerah produsen dengan memanfaatkan kapal angkut ternak atau pemanfaatan tol laut ke daerah konsumsi ini diharapkan dapat maksimal karena diyakini mampu menekan harga distribusi sapi.
Bulog bekerjasama dengan BUMN lainnya, yakni PT Berdikari, ditugaskan oleh pemerintah untuk mengelola sapi-sapi dari NTT tersebut. Pemerintah meminta Bulog menjual daging sapi tersebut dengan harga di bawah Rp 100.000/kg untuk menurunkan harga daging sapi di Jakarta saat ini.
(hns/hns)











































