ADB Sediakan Utang Rp 28 Triliun/Tahun ke RI untuk Infrastruktur

ADB Sediakan Utang Rp 28 Triliun/Tahun ke RI untuk Infrastruktur

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 28 Jan 2016 12:08 WIB
Foto: Michael - detikFinance
Jakarta - Asian Development Bank (ADB), menyediakan dana pinjaman hingga US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun (asumsi US$ 1 = Rp 14.000) per tahun untuk mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur perkotaan di Indonesia.

"Ongkos pembangunan seluruhnya selama 10 tahun yang akan datang berkisar US$ 500 miliar. ADB sendiri untuk Indonesia bisa meminjamkan US$ 2 miliar per tahun," kata Country Director ADB for Indonesia, Steven Tabor dalam Seminar Financing Smart City Development di Hotel Crowne, Jakarta, Kamis (28/1/2016).

Dana pinjaman dari ADB tersebut, sambungnya, akan difokuskan untuk membiayai proyek-proyek kelistrikan, sanitasi, dan air bersih namun ada sektor lain yang ikut dibiayai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nomor 1 untuk listrik karena tanpa listrik lampu mati, tidak ada kegiatan. Kedua untuk sanitasi, ini perlu diprogramkan agak besar. Ketiga adalah air bersih. Banyak jaringan air bersih yang sudah tua dan harus diganti," ucapnya.

Selain itu, dana yang dipinjamkan ADB tersebut juga digunakan untuk proyek irigasi. Pada 2016 ini, sebanyak US$ 600 juta atau 28% dari pinjaman digunakan untuk proyek irigasi.

"Ada juga yang digunakan untuk perbaikan mutu pendidikan di Indonesia, dukungan untuk deregulasi investasi, dan bantuan untuk pembuatan engineering design proyek-proyek infrastruktur yang dijalankan Kementerian PUPR. Juga untuk perbaikan sistem transmisi dan distribusi listrik di Sumatera dan Jawa," papar Steven.

Diakui Steven, dana pinjaman dari ADB sangat kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan dana pembangunan yang dibutuhkan pemerintah. Karena itu, BUMN dan sektor swasta di Indonesia juga perlu didorong untuk masuk ke proyek-proyek infrastruktur.

"Dibanding yang diperlukan sebenarnya nggak terlalu besar. BUMN dan proporsi sektor swasta harus naik. Keperluan financing itu luar biasa besar," ujarnya.

Sementara itu, Vice President ADB Bambang Susantono menjelaskan lebih dari 50% penduduk Indonesia kini telah tinggal di daerah perkotaan. Pada 2030, diperkirakan 2/3 penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan.

Makin banyaknya penduduk yang tinggal di kota ini, di satu sisi meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), tapi di sisi lain memunculkan tantangan baru dalam pemenuhan kebutuhan dasar penduduk perkotaan, mulai dari listrik, air bersih, sanitasi, sarana perhubungan, telekomunikasi, transportasi, dan sebagainya.

"Lebih dari 50% penduduk Indonesia bermukim di kota, dan akan meningkat sampai 2/3 penduduk di 2030. Makanya di Indonesia banyak sekali desa yang sudah tidak bernuansa desa lagi. Kota diyakini menyumbang 70-80% PDB suatu negara. Kota memiliki tantangan luar biasa dari sisi pemenuhan kebutuhan dasar," paparnya. (feb/feb)

Hide Ads