"Tahun 2014 kita impor 87.000 ton, tahun lalu 15.000 ton. Ekspor tahun 2014 hanya 4.000 ton, 2015 jadi 15.000 ton," kata Amran kepada detikFinance di Jakarta, Kamis (28/1/2016).
Dia juga menyatakan, produksi bawang merah nasional surplus 318.325 ton. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), produksi bawang merah tahun lalu mencapai 1,265 juta ton, sedangkan kebutuhan hanya 947.385 ton. "Produksi bawang merah kita surplus," tandasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Amran, anomali tersebut terjadi karena masalah di tata niaga. Pasokan bawang merah tidak stabil meski produksi secara total surplus. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya meminta Perum Bulog mengintervensi pasar bawang merah.
Bulog diminta membeli bawang merah dari petani dengan harga layak, menyimpan stok bawang merah, dan menggelontorkan stok tersebut saat pasokan di pasar menipis. Dengan begitu, kekurangan pasokan di bulan-bulan tertentu tak perlu dipenuhi dari impor.
"Kembali lagi masalah supply chain. Tata niaganya harus kita benahi. Saya koordinasi dengan Kemendag dan Bulog. Bulog harus diperkuat," cetusnya.
Peran Bulog sebagai stabilisator bawang merah, sambungnya, sudah mulai coba dilakukan sejak tahun 2015 lalu ketika harga bawang merah merangkak naik menjelang lebaran. "Tahun lalu Bulog sudah mulai beli bawang merah dari petani," tutupnya. (wdl/wdl)











































