"Sebetulnya kalau BBM nggak turun, inflasi tinggi. Kan utama bensin, solar, elpiji itu membuat lumayan rendah. Kalau nggak itu, kalau harga energi nggak turun bisa 0,8-0,9% inflasi Januari," kata Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin (1/2/2016).
Dalam tujuh tahun terakhir, inflasi di Januari termasuk yang rendah, untuk yang paling rendah adalah Januari 2015 saat terjadi deflasi 0,24%. Pada Januari 2010, inflasi mencapai 0,84%, Januari 2011 sebesar 0,89%, Januari 2012 sebesar 0,76%, Januari 2013 sebesar 1,03%, dan Januari 2014 sebesar 1,07%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sasmito menilai, pangan yang harus menjadi sorotan adalah beras. Secara tren, sudah terlihat ada kenaikan dan tidak menutup kemungkinan bisa berlanjut di bulan selanjutnya sampai dengan periode panen raya. Pemerintah harus bisa mengantisipasi.
"Beras salah satu. Sesuai pesan kami, kami harap komoditas makanan bisa dikendalikan dari sekarang sehingga inflasi Februari bisa dikendalikan. Saya kira itu gambaran yang kami peroleh dari inflasi Januari," paparnya..
Selain itu adalah daging ayam ras. Pada Januari, daging ayam ras mengalami kenaikan 7,32% dan memberikan andil terhadap inflasi 0,09%. Termasuk juga telur ayam, bawang merah dan bawang putih.
"Kan tiba-tiba produksi ayam tidak dengan cepat, kan butuh waktu. Kecuali sekarang ada stoknya. Baik ayam atau telur ayam harus dijaga, apakah kalau kepepet mesti impor yaa perlu dilakukan daripada harga melambung nggak karuan," tegas Sasmito. (mkl/wdl)











































