Direktur Operasi Trekka, Leonnardo Feneri mengungkapkan, Metro Kapsul dikembangkan sebagai transportasi seperti bus, namun berjalan beriringan seperti rangkaian kereta hingga maksimal 10 kapsul, dengan setiap kapsul mampu mengangkut 50 penumpang.
Namun, Metro Kapsul memiliki teknologi yang bisa berjalan tanpa masinis karena dikendalikan dari pusat kontrol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, meski berjalan dalam rangkaian, Metro Kapsul ini tidak saling tersambung antar kapsul. Setiap unit kapsul dilengkapi dengan 3 sensor sehingga bisa menjaga jarak untuk menghindari tabrakan, baik saat berjalan maupun saat berhenti di halte.
"Saat berjalan sensor tersebut akan menjaga jarak antar kapsul 30-40 meter saat berjalan beriringan, sementara saat berhenti di halte jarak antar kapsul menjadi 10 centimeter (cm). Sementara kereta kapsul saat beroperasi bisa melesat hingga 80 kilometer per jam," ujar Leonnardo.
Dia menuturkan, sebenarnya angkutan publik dengan konsep Metro Kapsul dengan roda ban karet yang berjalan di atas trek beton yang digerakkan listrik sudah ada di beberapa negara, seperti Malaysia, Perancis, Singapura. (feb/feb)