Pasalnya, pemerintah menggandeng 13 perusahaan untuk memasok 1.000 ekor sapi ke kapal ternak setiap bulan. Dari 13 perusahaan tersebut, 10 diantaranya adalah perusahaan swasta lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Kita kerjasama dengan pengusaha ada 13, yaitu 10 dari pengusaha lokal di NTT. Minimal mereka pasok 2 kali sebulan, berarti 1.000 ekor," kata Amran saat menyambut kedatangan kapal ternak di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di antaranya PT Berdikari, PD Dharma Jaya, kemudian Perum Bulog. Ketiga pemain ini yang dominan, 10 lagi pengusaha lokal yang pasok ke Dharma Jaya dan Berdikari," papar Amran.
Diakuinya, harga sapi yang dipasok para pengusaha lokal ini lebih mahal daripada yang dipasok oleh Bulog, Berdikari, dan Dharma Jaya. Selisihnya antara Rp 1.000-2.000/kg bobot hidup.
"Pasti di atasnya, harga selisih Rp 1.000-2.000/kg lah," ucapnya.
Meski ada pedagang perantara, dia menjamin harga sapi tetap murah, sampai di Jakarta Rp 35.000-36.000/kg bobot hidup dan dijual dalam bentuk daging sapi seharga Rp 85.000/kg ke masyarakat.
"Harganya sampai di sini Rp 35.000-36.000/kg bobot hidup, dan Berdikari jual Rp 85.000/kg," tandas Amran.
Menurut dia, kapal ternak akan mengubah struktur pasar dalam jangka panjang, memangkas rantai pasokan dan menekan biaya distribusi, sehingga harga sapi di peternak naik tapi harga di konsumen turun.
"Ini menaikkan harga di tingkat produsen, menurunkan harga di konsumen, ini mengubah struktur pasar," tutupnya.
Sebagai informasi, Kapal ternak KM Camara Nusantara I pada pukul 06.30 WIB pagi ini kembali merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan membawa 299 ekor sapi. Dari 500 ekor yang dibawa dari Pelabuhan Tenau, NTT, sebanyak 167 ekor sapi diturunkan di Cirebon tanggal 8 Februari lalu dan 33 ekor sapi di Surabaya tanggal 6 Februari. (drk/drk)