Jokowi Beri Penjelasan Soal TPP ke Diaspora di AS

Laporan dari San Francisco

Jokowi Beri Penjelasan Soal TPP ke Diaspora di AS

Ikhwanul Khabibi - detikFinance
Rabu, 17 Feb 2016 14:52 WIB
Foto: dok. Kominfo
San Francisco - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menemui 800-an diaspora Indonesia di San Francisco, Amerika Serikat (AS). Dalam pertemuan yang berjalan selama kurang lebih satu jam itu, Jokowi sempat memberikan penjelasan soal perdagangan bebas Trans Pacific Partnership (TPP).

"Tahun 2015, dua bulan setelah saya dilantik saat itu ada krisis Yunani, setiap problem di sebuah negara akan berimbas ke negara lain. Kita saat itu siapkan antisipasinya tapi yang muncul beda lagi, ada depresiasi Yuan kita antisipasi, muncul lagi penguatan suku bunga The Fed, itu belum selesai, muncul lagi harga minyak yang turun drastis sekarang US$ 30 per barel. Dunia memang seperti itu, sulit kita prediksi karena kejadianya sangat cepat, inilah kita sampaikan 2015 kita pontang-panting hadapi itu," kata Jokowi di Auditorium Palace of Fine Arts, San Francisco, Amerika Serikat, Selasa (16/2/2016) malam.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu menjelaskan soal fluktuasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kuartal I-2015, ekonomi Indonesia sempat melambat hingga di bawah 5% tapi masih lebih tinggi dari negara-negara maju.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tantangan ekonomi global ini tidak bisa dihindari. Indonesia, menurut Jokowi mau tidak mau harus fleksibel terhadap perkembangan kebijakan ekonomi dunia.

"Januari kita sudah masuk MEA yang sudah tidak bisa kita tolak lagi. Di depan juga ada TPP, di depan kita ada lagi bloknya China, ada lagi free trade agreement Uni Eropa . Ini sebuah keterbukaan yang mau tidak mau harus kita hadapi," jelas Jokowi.

"Coba lihat gambarnya (menunjukkan foto kepala negara ASEAN bergandengan tangan), antara kepala neraga ASEAN bergandengan tangan. Kita bergandengan dengan kepala negara lain, tapi mereka kompetitor kita, bukan berarti saling beri memberi. Visi ke depan adalah kompetisi, tidak ada pilihan lain. Kita harus menghadapi kompetisi dan harus menyiapkan agar memenangkan kompetisi," tegasnya.

Khusus soal TPP, Jokowi kembali menegaskan bahwa Indonesia baru menyampaikan bermaksud akan bergabung. Pemerintah sedang menghitung masak-masak untung dan rugi bergabung TPP.

"Kalau kita tidak masuk TPP, produk Indonesia semua akan kena barrier, kena pajak masuk 15-20% dan tidak bisa bersaing. Tapi begitu kita masuk apakah kita sudah siap di dalam negeri, ini yang terus kita benahi," urainya.

"Indonesia bermaksud akan masuk TPP, di dalam negeri ramai sekali, ramainya waduh. Saya diam saja, wong baru bermaksud akan intent to joint. Misalnya kita bergabung pun kan masih ada waktu 2-3 tahun, masih bisa berpikir. Ada yang  minta 15 tahun kok ramai banget," tutur Jokowi.

Bergabungnya Indonesia ke era persaingan, menurut Jokowi akan bagus untuk ekonomi dalam negeri. Jokowi paham betul bahwa produk Indonesia saat ada pesaingnya pasti akan terus bekerja keras dan bersemangat.

"Saya hanya memberikan gambaran, persaingan sudah di depan mata. Banyak yang takut dengan keterbukaan yang sudah jadi policy kita, bahwa dengan persaingan itu kita baru bangun, baru bangkit," ungkapnya.

"Dulu Pertamina monopoli sendiri, karena nggak ada pesaing pompa bensin kumuh. Begitu Shell masuk, Total masuk, Petronas masuk, baru bersih. Tapi nyatanya Pertamina nggak kalah. Dulu BRI dan BNI tahun 75-an, jam 1 sudah tutup, begitu ada bank swasta masuk, ada pesaing mereka langsung membenahi sekarang bankers pulang jam 10-12 malem tiap hari. Dengan itu, BRI tahun ini untung Rp 24 triliun, (Bank) Mandiri untung Rp 8 triliun. BRI keuntungan terbesar dibanding bank lain. Begitu diberi pesaing bangkit, bangun, memperbaiki," kata Jokowi. (Hbb/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads