Pria yang awalnya adalah buruh peternakan ini memulai bisnis peternakan sapi sejak 1988. Dirinya mengaku terjun ke bisnis sapi karena termotivasi ingin meningkatkan jumlah sapi di Lampung dan sekitarnya.
![]() |
"Saya mulai terjun di bidang peternakan sapi tahun 1986, waktu itu masih buruh, tuntun sapi kemana-mana. Tahun 1988-1990 sudah punya 10-30 ekor sapi. Saya pingin sapi di lampung jadi banyak," kata Mat Aji kepada detikFinance di peternakannya, Lampung, Kamis (18/2/2016).
Dari hanya memiliki 10 ekor sapi, sekarang Anggota Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) ini sudah memiliki lahan peternakan seluas 1 hektar (ha) yang dipenuhi 1.000 sapi, dengan 10 orang pekerja. Sapi-sapi ini seluruhnya lokal, tidak ada yang impor. "Ini sapi-sapinya dari Lampung dan sekitarnya. Sekarang ada kurang lebih 1.000 sapi, 300 ekor diantaranya (sapi) indukan," paparnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pembeli sapinya berasal dari berbagai daerah, termasuk dari DKI Jakarta. Biasanya, Mat Aji menjual sapi dengan harga Rp 44.000-45.000/kg bobot hidup. Setiap bulan, rata-rata bisa terjual 15 ekor sapi. "Dijual ada ke Bandar Lampung, Bandar Jaya, Jakarta, Palembang, Prabumulih. Harganya Rp 44.000- Rp 45.000/kg bobot hidup," ucapnya.
Usaha peternakan sapi lokal, sambungnya, tak selamanya untung. Ada kalanya peternak rugi akibat kenaikan harga pakan. Permintaan juga tak menentu, pernah dalam sebulan tidak ada sapi yang terjual. Namun, dengan upaya keras usaha ini bisa menguntungkan juga, jumlah sapi pun bisa meningkat pesat.
![]() |
"Pakannya kadang sering mahal. Kalau mahal kan kita jual sapi jadi nggak untung. Pakannya kulit singkong, bungkil kelapa, bungkil sawit, dedak. Yang penting harus tekun dan disiplin, pokoknya harus rajin," pungkasnya. (hns/hns)