Rizal Ramli: Sektor Wisata di Indonesia Nggak Maju, Kecuali Bali

Rizal Ramli: Sektor Wisata di Indonesia Nggak Maju, Kecuali Bali

Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Kamis, 18 Feb 2016 18:56 WIB
Foto: Johanes Randy
Jakarta - Pemerintah saat ini menggenjot pengembangan pariwisata di luar Pulau Bali. Alasannya, pariwisata Indonesia tidak ada yang berkembang pesat atau menjadi destinasi favorit wisatawan asing, selain Pulau Bali.

"Saya masuk sebagai Menko, kenapa sektor wisata di Indonesia nggak maju kecuali Bali? Padahal puluhan, ada Kementerian Pariwisata," ujar Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli saat pemaparan program kerja di kantornya, Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2016).

Setelah dilakukan analisa, ternyata program pengembangan pariwisata Indonesia tidak pernah fokus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah dipelajari di masa lalu, program dibagi 60-80 lokasi, duit dibagi seimprit dan hilang di tengah jalan," tambahnya.

Belajar dari pengalaman masa lalu, pemerintah era Jokowi akan fokus mengembangkan destinasi di 10 lokasi yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Labuan Bajo (NTT), Bromo (Jawa Timur), Morotai (Maluku), Borobudur (Yogyakarta), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Belitung (Bangka Belitung), Mandalika (NTB) dan Tanjung Lesung (Banten).

"Kita fokus 10 lokasi baru. Dananya bisa cukup bangun port, airport, bangun jalan, akses dan sebagainya," tambahnya.

Selain membangun wisata baru, Rizal optimis banyak lapangan kerja baru bisa tercipta. Sektor pariwisata dinilai paling murah dan cepat dalam menciptakan lapangan kerja baru.

Tak hanya itu, manfaat lain dari pengembangan wisata baru ialah mengerek angka devisa. Tentunya, pemerintah membuka kemudahan masuknya wisatawan asing dengan program bebas visa hingga kemudahan masuknya kapal yacht asing ke Indonesia untuk menaikkan jumlah wisatawan.

"Supaya dalam 5 tahun yakni naikkan turis 2 kali dari 10 jadi 20 juta. Kemudian ciptakan lapangan kerja dari 3 juta jadi 7 juta. Devisa sektor wisata dari US$ 10 miliar jadi US$ 20 miliar," paparnya. (feb/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads