Saat itu, pemilik nama asli Abdurrahman Wahid itu memberi tugas kepada Rizal saat masih menjabat Presiden Republik Indonesia.
"Jadi saya suka seperti zaman Gus Dur, suka dikasih special mission. Misalnya waktu itu jadi Kabulog, Gus Dur telepon bilang kamu benahi itu proyek IPTN," kata Rizal saat acara pemaparan kinerja Kemenko Maritim dan Sumber Daya di Kantornya, Jakarta, Kamis (18/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat diminta, ia sebetulnya sempat menolak namun akhirnya menerima penugasan khusus itu.
"Saya Kepala Bulog, kenapa nggak telepon Menteri BUMN, Menteri Perindustrian. Gus Dur bilang, nggak. Saya maunya kamu. Saya masih ngeles, apa kata orang nanti, Kepala Bulog ikut beresin penerbangan. Gus Dur bilang, begitu saja kok repot," tambahnya.
Akhirnya, Rizal bekerja menuntaskan persoalan keuangan IPTN. Ia membentuk satuan kerja (task force).
Ia juga mengubah konsep bisnis IPTN dengan menjadi industri produsen pesawat terbang. IPTN diminta mengerjakan industri komponen pesawat dari produsen pesawat raksasa seperti Boeing dan Airbus. Tak hanya itu, ia juga mengganti nama IPTN menjadi PTDI.
"Saya bikin rencana supaya rugi ratusan miliar itu bisa untung paling nggak puluhan miliar. Caranya bisnisnya bukan hanya bikin pesawat sendiri, tapi ngerjain outsource sama Boeing dan Airbus," tambahnya.
Selain itu, Rizal memilih Direksi PTDI berusia muda. Setelah program-program revitalisasi berjalan, PTDI mulai menunjukkan kinerja kinclong.
"Direksinya saya ganti dengan yang muda-muda, penerusnya Habibie. Saya kasih waktu, ternyata hanya dalam waktu lima tahun tadinya rugi ratusan miliar menjadi untung Rp 16 miliar," tambahnya.
Saat ini, Rizal juga memperoleh misi khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia diminta membuat dan mengkondisikan pembentukan lembaga 'OPEC' versi produsen minyak kelapa sawit. Organisasi ini merupakan kerja sama Indonesia dan Malaysia.
Dalam waktu singkat, Rizal berhasil menginisiasi pembentukan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
"Tugas khusus dari presiden ke saya. Ketemu PM Najib, kerjasama di bidang CPO. Kita susun rancangan OPEC dalam CPOPC. Dalam 3 bulan, jadi itu barang," ujarnya. (feb/ang)











































