Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hediyanto W Husaini, proyek Jembatan Selat Sunda masih sebatas kajian, belum ada penawaran apa pun kepada investor.
"Belum kita buka sampai tingkat penawaran, kita baru kaji kemanfaatan," ujar Hediyanto kepada detikFinance, di sela-sela kunjungan ke Medan, Sumatera Utara, Selasa (1/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, dana sebesar itu bisa dipakai untuk pembangunan infrastruktur pada beberapa daerah di Indonesia.
"Kita kan kalau mau investasi, kalau bisa jangan menumpuk di satu tempat sampai Rp 160 triliun. Sementara, Indonesia begitu luas. Saya berpikirnya itu saja, timingnya pas nggak sekarang fokus di Selat Sunda yang hanya 27 km dengan uang Rp 160 triliun," kata Hediyanto.
Hediyanto menambahkan, pemanfaatan dana yang efisien menjadi pertimbangan pemerintah dalam setiap pembiayaan proyek infrastruktur.
"Ini (Jembatan Selat Sunda) 27 km menghabiskan Rp 160 triliun. Kalau 1.000 km (Tol Trans Sumatera) itu Rp 100 triliun," pungkas Hediyanto. (hns/ang)