Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono, mengatakan harga bawang melambung terjadi dalam 2 pekan terakhir. Ia merinci, harga bawang per 18 Februari di tingkat eceran masih di kisaran Rp 28.000/kg, di pasar induk Rp 17.000/kg, dan di petani sebesar Rp 10.000- Rp15.000/kg.
Spudnik menyebut, perubahan harga yang terjadi dalam 2 pekan terakhir dinilai tak wajar, mengingat produksi di bulan-bulan sebelumnya masih cukup banyak. Dia menyebut, ada beberapa pemain besar yang menahan stok agar harga bisa terkerek naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Spudnik, pihkanya memiliki sejumlah bukti yang mengindikasikan stok bawang merah di sentra-sentra produksi ditahan di gudang-gudang pengusaha.
"Ironis, contohnya bawang dari Cirebon tapi dikirim ke gudang di Brebes, padahal di Brebes lagi kelebihan suplai. Karena ini lagi musim hujan deras jadi kemungkinan produksi turun, supaya harga naik atau agar impor dibuka lagi," jelasnya.
Kendati demikian, menahan stok bawang merah di gudang pedagang selama ini memang tak dilarang, pihaknya pun tak bisa menegur para spekulan tersebut.
"Saya sampaikan, hanya bisa himbau. Jangan cari untung dengan cara demikian di tengah jeda akibat hujan deras yang bikin produksi turun. Mereka tahan stok atau dikeluarkan sedikit-sedikit, dari misalnya biasanya 20-25 truk sehari ke pasar induk, jadi 15 truk saja, ini yang ganggu harga," tutur Spudnik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya melakukan perbaikan sistem logistik, dengan cara mendatangkan pasokan bawang merah dari sentra lain di luar jawa, seperti Bima di Nusa Tenggara Barat dan Enrekang di Sulawesi Selatan.
"Makanya bagaimana pemerintah tetap bisa tetap kendalikan bawang di bawah Rp 25.000-26.000/kg. Yah bawa bawang dari daerah lain seperti Bima," ujar Spudnik. (hns/hns)











































