Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Ikhwan Arif mengungkapkan, lonjakan harga paling tinggi terjadi di pedagang tingkat eceran, bukan di pedagang besar seperti di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
"Ambil untung paling banyak di pedagang yang ngecer. Kalau kita (pedagang besar) ambil margin Rp 1.000-3.000/kg, itu masih dipotong buat biaya angkut Brebes-Jakarta, sortir, bersihin, sampai biaya cabut dari sawah. Kita kan belinya bawang masih di tanah, belum dipanen umur 40 hari sudah kita beli," katanya kepada detikFinance, Minggu (13/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ikhwan yang rutin mengirim bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati ini mengungkapkan, pedagang pemilik lapak di pasar induk pun hanya meraup untung Rp 500-1.000/kg dari setiap bawang yang terjual.
"Jadi kalau sampai konsumen Rp 45.000/kg artinya yang ngecer ini ambil untungnya paling banyak. Bukan di petani yang mahal, orang kita beli di Brebes masih Rp 23.000/kg bawang basah masih ada daunnya. Ongkos truk dari Brebes ke Jakarta Rp 2 juta untuk sekali angkut 7 ton," terang Ikhwan yang juga memiliki lahan tanaman bawang merah di Brebes ini. (drk/drk)











































