Menurut Agus Cahyono Adi, Direktur Pembinaan Program Migas Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, volume impor gas yang dibutuhkan Indonesia pada 2019 belum dihitung.
"Volume impornya tergantung. Kalau nanti ada penemuan lebih baru lagi gas maka intinya impor itu kita buka dalam hal kita kekurangan pasokan," jelas Agus pada acara Gas Indonesia Summit and Exhibition (GIS), di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Rabu (16/03/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur gas di Indonesia.
"Target kami, meningkatkan permintaan gas di indonesia. Menghubungkan gas di Indonesia dengan membangun infrastruktur distribusi dan transportasi gas," kata Agus.
Di tempat yang sama, Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi, SKK Migas, Sampe L. Purba mengatakan, konsumen gas di dalam negeri mayoritas adalah industri, pembangkit listrik, dan pupuk.
"Butuh lebih banyak gas untuk konsumsi dalam negeri jika seluruh infrastruktur siap dan rasio elektrifikasi mencapai 100% di 2020," ujar Purba.
Soal alokasi gas, dia mengatakan pada tahun ini sebanyak 4.144 bbutd gas bumi Indonesia untuk konsumsi domestik, dan 2.561 bbutd untuk ekspor. Konsumsi domestik naik dari tahun lalu yang jumlahnya 3.848 bbutd, sementara ekspor tahun lalu adalah 3.063 bbutd.
Terkait ekspor gas, Purba menjelaskan, ekspor ini dilakukan untuk memenuhi kontrak-kontrak jangka panjang. Jatah gas domestik, lanjut Purba, akan diperbesar bila ada pembeli di domestik ada dan infrastrukturnya menunjang.
Sementara Kepala Divisi Migas PLN, Chairani Rachmatullah mengatakan, Indonesia masih kekurangan infrastruktur penyaluran gas, termasuk gas alam cair (liquid natural gas/LNG). PLN sendiri merupakan konsumen terbesar LNG di Indonesia untuk bahan bakar pembangkit listriknya.
Tahun ini, PLN membutuhkan minimal 40 kargo LNG untuk untuk pembangkit listrik, dan yang sudah bisa dipastikan adalah pasokan untuk 34 kargo. Saat ini, PLN sdang bernegosiasi dengan Pertamina dan British Petroleum (BP) untuk kontrak LNG jangka panjang.
"Kita sedang negosiasi ya baik Bontang (Pertamina) atau Tangguh (BP). Sehingga volume terkontraknya harapan kita bisa sampai 45 kargo lah untuk jangka panjang per tahun. Naik dari 34. Harapannya bisa disepakati," jelas Chairani.
PLN juga tengah meminta kepastian pasokan gas dari pemerintah untuk pembangkit listrik, apalagi ada rencana Indonesia akan melakukan impor gas mulai 2019. (wdl/wdl)











































