Akibat dari keputusan ini, maka barang asal RI juga tidak akan diterima Israel. Artinya eksportir Indonesia akan kehilangan salah satu pangsa pasarnya.
Meski demikian, menurut Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi), Rofiek Natahadibrata mengungkapkan, Indonesia sebenarnya banyak menggunakan produk asal Israel namun banyak yang tidak tercatat, karena impor dilakukan lewat negara-negara mitra dagang Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barang-barang asa Israel masuk ke Indonesia lewat negara-negara tetangganya seperti Turki, Yordania, bahkan Palestina.
"Kalau barang Israel lewat negara-negara tetangga pasti itu, kan re-branding. Terutama produk consumer good," jelas Rofiek.
Namun demikian, baik impor langsung maupun didatangkan lewat pelabuhan negara tetangganya, barang-barang buatan Israel tersebut tetaplah masih sedikit.
Diungkapkan Rofiek, barang-barang konsumsi buatan Israel umumnya berkualitas sangat baik, sementara produk-produk lainnya yang banyak dipakai di Indonesia seperti alat-alat pertanian juga mahal.
"Tidak efisien kalau beli dari Israel, barangnya mahal karena kualitasnya bagus dan jarak jauh. Kalau buah-buahan makanya kita lebih banyak dari China. Alat-alat pertanian juga dari Israel bukan yang manual, tapi yang high technology mahal sekali, jadi jarang impor," pungkasnya. (ang/ang)











































