"Kita tahu memang jalan yang kita lalui memang tidak semulus dan seenak yang kita inginkan dan memang jalan itu tidak selamanya landai, terang benderang tetapi yang ini juga menjadi tantangan kita semuanya," kata Jokowi membuka pidatonya di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (30/3/2016).
"Jalan itu kadang gelap, kadang berkelok, kadang curam dan yang kita rasakan juga bisa kadang manis dan kadang pahit, ya itulah yang mau tidak mau harus kita hadapi tantangan-tantangan seperti itu," ujar Jokowi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keterbukaan tidak bisa kita tolak lagi. Sekarang kancing baju kita jatuh saja semua orang tahu. Kondisi APBN, misalnya, penerimaan. Tahun kemarin semua orang tahu, tidak bisa kita tutup-tutupi lagi. Keterbukaan nanti akan lebih drastis lagi. 2018 keterbukaan semua bank, internasional, akan buka-bukaan semuanya," jelasnya.
"Bapak simpan uang di Singapura berapa triliun, di Swiss berapa miliar kita juga akan tahu. Belum yang berkaitan dengan kecepatan sekarang ini. Sosial media, digital economy yang juga tidak bisa kita hambat-hambat lagi. Sangat cepat sekali," tambah Jokowi.
Jokowi menambahkan, Indonesia harus berani berkompetisi secara global. Salah satu caranya dengan ikut Trans Pacific Partnership (TPP) dan Free Trade Agreement (FTA)?
"Kenapa harus masuk TPP, kenapa harus gabung EFTA-nya EU? Apakah dapat keuntungan atau dapat kerugian? Karena apa pun, national interest yang harus kita pegang. Masyarakat ekonomi ASEAN sudah kita hadapi, bukan akan lagi," jelasnya.
Negara-negara ini, kata Jokowi, terlihat ramah dan berteman dengan Indonesia padahal sebenarnya dalam hal ekonomi adalah pesaing yang terbesar.
"Kelihatan kita rukun. Gandeng-gandengan, tapi sebetulnya mereka itu saingan kita. Dalam hati saya, ini kompetitor kita. Vietnam meninggalkan kita dalam regulasi kecepatan. Malaysia, Thailand, Myanmar semuanya cepat sekali. Inilah kompetisi. Visi ke depan kita adalah kompetisi. Gausah ragu, gausah khawatir karena tidak ada pilihan lain, kita harus masuk ke area itu cuma bagaimana kita membenahi agar tidak menjadi pecundang," ujarnya.
"Dan yang paling penting rakyat diberi tahu kondisi dan fakta yang real, kesulitan real yang kita hadapi. Tidak usah ditutup-tutupi. Karena kita tahu ke depan kita akan berhadapan pada situasi global yang tiap detik, tiap menit bisa berubah secepatnya," tambah Jokowi. (ang/feb)











































