Demikianlah diungkapkan Jokowi saat pembukaan sidang kabinet di Komplek Istana Negara, Jakarta, Kamis (7/4/2016). Jokowi didampingi oleh Wapres Jusuf Kalla (JK), dan dihadiri oleh hampir seluruh menteri.
"Lakukan efisiensi. Nanti kita akan berbicara di APBN-P masalah efisiensi. Baik yang berkaitan dengan belanja operasional, belanja barang yang tidak prioritas dan belanja modal yang tidak prioritas misalnya kayak mobil-mobil," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahasa bersayap yang dimaksud Jokowi adalah penempatan anggaran pada pagu satuan tiga yang berbunyi pemberdayaan, peningkatan atau sejenisnya. Padahal seharusnya adalah program kerja yang jelas tujuan dan manfaatnya.
"Istilah-istilah yang berkaitan dengan pemberdayaan, peningkatan, hilangkan, dan masuk kepada hal yang ingin kita lakukan," imbuhnya.
Jokowi juga menyampaikan, perencanaan anggaran harus diketahui secara jelas oleh pimpinan instansi. Jokowi tidak memperbolehkan perencanaan sepenuhnya diserahkan kepada jajaran yang di bawah.
"Jangan sampai diserahkan kepada bawahnya, pengendalian anggaran. Sekali lagi, hal-hal yang lama mengenai rancangan anggaran tidak boleh lagi disusun rata, merata. Fokus pada apa yang kita kerjakan. Tidak perlu banyak-banyak program, konsentrasi pada program yang jelas dan bermanfaat bagi rakyat," tukasnya. (mkl/wdl)