Dari Jakarta, pulau ini dapat dijangkau melalui penerbangan pesawat ke Manado, lalu ke Pulau Kao, perjalanan darat dengan mobil ke Pelabuhan Tobelo, kemudian naik speed boat dari Pelabuhan Tobelo hingga ke Pelabuhan Morotai.
Perjalanan dengan jalur tersebut memakan waktu kurang lebih 5 jam. Penerbangan dari Jakarta-Manado-Pulau Kao selama 3 jam, perjalanan darat 1 jam 15 menit, dan naik speed boat 45 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() Indahnya pantai selama perjalanan (Michael/Detik) |
Pulau Morotai sebenarnya memiliki bandara peninggalan Perang Dunia II. Bandara itu memiliki 4 runway yang cukup panjang, dahulu bisa dipakai oleh pesawat-pesawat pembom milik tentara sekutu. Tapi tidak ada penerbangan komersial ke Morotai. Morotai hanya dapat dijangkau melalui jalur laut.
Begitu tiba di Pelabuhan Morotai, pantai dengan pasir putih, langit biru, dan terik matahari langsung menyambut. Kendaraan bentor (becak motor) berjajar menawarkan jasa kepada orang-orang yang baru tiba di Morotai.
![]() |
Kondisi jalan raya di Morotai sudah bagus, nyaris tidak berlubang sehingga kendaraan bermotor bisa melaju kencang. Lebar jalanan kira-kira 5 meter, bisa dilalui 2 mobil dari arah yang berlawanan.
Di sisi kiri dan kanan jalan tampak pohon-pohon kelapa, sesekali pohon pisang, dan rumah-rumah penduduk. Berbeda dengan di Jawa, rumah-rumah di Morotai menggunakan atap seng, tidak menggunakan genteng tanah liat.
Hingga malam hari pukul 23.00 WIT tampak motor-motor melaju dengan kecepatan tinggi, hampir seluruh pengendara motor di pulau ini tidak memakai helm.
![]() |
Selama 2 hari detikFinance berada di Morotai, listrik terus menyala, tidak pernah byar pet. Tetapi menurut cerita penduduk, sebenarnya listrik di pulau ini sering padam. Listrik terus menyala karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang berkunjung.
Dari pandangan mata, memang banyak genset yang dipasang selama Jokowi berada di Morotai. Di Hotel d'Aloha tempat Jokowi menginap misalnya, ada genset yang terus menyala sepanjang malam di depan hotel. Genset tersebut dijaga oleh polisi.
Jaringan untuk komunikasi handphone di Morotai kurang bagus. Hanya Telkomsel yang bisa digunakan di sini, itu pun sinyalnya tak stabil. Dua reporter televisi dari Jakarta yang dibawa Kementerian ESDM tak bisa mengirimkan hasil reportasenya karena sinyal yang kurang kuat.
![]() |
Karena tidak ada penerbangan komersial dari Morotai, rombongan media yang dibawa oleh Kementerian ESDM, termasuk detikFinance, harus pergi ke Pulau Ternate untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Untuk ke Ternate, pertama-tama rombongan pergi ke Pelabuhan Morotai untuk naik speed boat menuju Pelabuhan Tobelo di Pulau Kao. Tarif speed boat ke Tobelo adalah Rp 110.000 per penumpang. Lama perjalanan kurang lebih 45 menit. Speed boat umumnya berkapasitas kurang lebih 20 penumpang.
Selama perjalanan dengan speed boat, penumpang bisa menikmati pemandangan menarik. Banyak pulau-pulau kecil di antara Pulau Morotai dan Pulau Kao. Beberapa di antaranya memiliki pasir yang putih bersih. Sesekali tampak ikan terbang yang menyerupai burung, melayang selama beberapa detik di atas air.
Gelombang ombak membuat beberapa anggota rombongan mabuk laut, nyaris muntah. Tiupan angin laut dan suara mesin boat membuat hampir semua penumpang mengantuk. DetikFinance sendiri tertidur sampai di Pelabuhan Tobelo.
Dari Pelabuhan Tobelo, rombongan melanjutkan perjalanan melalui darat menuju ke Pelabuhan Sofifi. Jarak antara Pelabuhan Tobelo dan Pelabuhan Sofifi mencapai 185 kilometer (km) memakai jalur darat, dapat ditempuh selama kurang lebih 3-4 jam.
Jalan raya dari Tobelo sampai Sofifi juga mulus, mobil bisa berjalan kencang. Serupa dengan Morotai, pemandangan selama perjalanan adalah pantai berpasir putih, pepohonan kelapa, pepohonan pisang, dan rumah-rumah penduduk yang beratap seng.
Kebanyakan kendaraan bermotor membeli bensin dari penjual bensin eceran di pinggir jalan. Sebab, di jalan sepanjang hampir 200 km itu hanya terdapat 1 SPBU berlogo Pertamina.
Rombongan akhirnya tiba di Pelabuhan Sofifi saat hari sudah mulai gelap, air sudah pasang, ombak semakin kencang. Begitu menaiki kapal speed boat, guncangan ombak langsung membuat kepala pusing.
Perjalanan dengan speed boat dari Pelabuhan Sofifi ke Pelabuhan Ternate kira-kira 30-45 menit, tarifnya Rp 50.000 per penumpang. Dari kejauhan Kota Ternate sudah terlihat. Cahaya lampu dari Ternate lebih terang dari Pulau Morotai dan Pulau Kao.
Akhirnya rombongan tiba di Ternate setelah menempuh perjalanan selama hampir 7 jam dari Morotai. Setelah itu, rombongan langsung mencari penginapan yang berlokasi tak jauh dari pelabuhan.
Ketika detikFinance di penginapan, tiba-tiba mati lampu. Lampu bisa hidup kembali dalam beberapa menit karena hotel memiliki genset yang selalu siaga untuk mengantisipasi listrik yang byar pet.
Dari pantauan, tempat-tempat seperti hotel, toko, restoran di Ternate memang banyak yang memiliki genset karena aliran listrik di kota ini kurang baik, sering mati lampu.
Hingga pukul 23.00 WIT, Kota Ternate masih ramai. Angkot-angkot masih melayani penumpang. Umumnya, angkot di kota ini memiliki sound system dan menyetel lagu-lagu dengan volume kencang. Kursinya tidak menyamping seperti angkot di Jakarta, tapi menghadap ke depan sejajar dengan posisi pengemudi.
Setelah menginap semalam di Ternate, barulah rombongan kembali ke Jakarta dengan jalur penerbangan Ternate-Manado, lalu dari Manado langsung ke Jakarta. (feb/feb)