Nilai Ekspor RI Diperkirakan Turun 5% di 2016

Nilai Ekspor RI Diperkirakan Turun 5% di 2016

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Selasa, 12 Apr 2016 13:48 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Nilai ekspor Indonesia ke berbagai negara di dunia diperkirakan mengalami penurunan hingga 5%. Ini karena belum membaiknya kondisi ekonomi global, yang juga berpengaruh terhadap pasar ekspor Indonesia.

"Jadi karena kalau kita lihat mengenai ekonomi global belum terlalu baik sehingga arahan Pak Menteri adalah, ekspor kita pada tahun 2016 ini terjadi kontraksi 0% sampai 5%," terang Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, di kantornya, Jakarta, Selasa (12/4/2016).

Pada akhir tahun lalu, nilai ekspor Indonesia ditutup di kisaran US$ 142 miliar. "Kita capaian tahun lalu kan US$ 142 miliar, jadi ya plus minus 5% kontraksi," ujar Nus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontraksi ini disebabkan penurunan nilai beberapa komoditas ekspor. "Kalau volume saya kira tidak terjadi penurunan yang cukup tajam, tapi karena nilai komoditi mengalami penurunan sehingga ini berdampak kepada nilai ekspor kita," jelas Nus.

Sedikitnya Indonesia memiliki 10 komoditas utama yang diekspor ke banyak negara di dunia. Jadi 10 komoditas utama ini menjadi target ekspor yang paling dominan Indonesia.

"Sektor yang paling dominan kita masih berada pada 10 komoditi utama ekspor kita, yaitu CPO, TPT (tekstil dan produk tekstil), rubber and rubber product (karet), forest product (kehutanan), seperti furnitur, kimia, process wood, perhiasan dan lain sebagainya," pungkas Nus.

Dia mengatakan, 10 komoditi ekspor ini menyumbang 60% komoditi ekspor Indonesia di pasar dunia.

"Jadi, ada 10 komoditi ekspor yang menjadi andalan, 60% itu dasar dari komoditi yang tadi saya sebutkan," kata Nus.

Pemerintah menargetkan adanya pengembangan produk ekspor yang tidak hanya fokus ke barang primer. Para pelaku usaha dituntut lebih kreatif dalam mengembangkan produk sehingga memiliki nilai jual yang lebih.

"Primer masih mendominasi 60% lebih. Ke depannya harus ada pengembangan produk seperti hilirisasi, itu yang akan kita jual," tegas Nus. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads