Pertemuan digelar di kediaman PM Rutte di Catshuis, Den Haag Belanda, Jumat (21/4/2016). Pertemuan berlangsung tertutup, namun Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana menyebut pertemuan membicarakan beberapa hal.
Mula-mula Jokowi berbicara empat mata dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, lalu dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara delegasi Indonesia dan Kerajaan Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turut mendampingi Jokowi, Menlu Retno Marsudi, Mendag Thomas Lembong, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Seskab Pramono Anung, Kepala BKPM Franky Sibarani, Duta Besar RI untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja serta lainnya.
Jokowi berharap kunjungan ini dapat meningkatkan hubungan bilateral RI dan Belanda. Namun Jokowi menyampaikan sulit untuk memilih prioritas kerja sama karena hubungan RI dan Belanda sangat intensif hampir di semua sektor.
"Namun, pada kesempatan ini, saya ingin memfokuskan pada tiga prioritas yaitu pengelolaan air, maritim, serta perdagangan dan investasi," lanjut Jokowi.
Dalam pengelolaan air, Jokowi menyatakan kegembiraan dengan telah berlangsungnya proyek-proyek infrastruktur, terutama yang terkait dengan water supply dan sanitasi, water for food dan ekosistem, water governance, dan water safety.
Menurut Jokowi, Indonesia tengah menghadapi tantangan untuk menanggulangi banjir, mengatasi abrasi pantai, dan ketersediaan air bersih. Jokowi berharap kerjasama pengelolaan air dapat difokuskan untuk mengatasi tiga tantangan tersebut, terutama dalam bidang transfer keahlian dan teknologi.
"Saya apresiasi pembaruan MoU kerja sama air pada tahun 2015 untuk lima tahun ke depan," lanjut Jokowi.
Presiden juga mengapresiasi kerjasama Belanda dalam Jakarta Coastal Development Strategy (JCDS) dan kerja sama proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang sedang berlangsung saat ini.
"Termasuk dukungan Belanda dalam penyusunan Master Plan NCICD", ucap Presiden.
Dalam bidang maritim, Presiden mengapresiasi minat Belanda untuk mendukung Indonesia mewujudkan visi poros maritim. Visi tersebut diwujudkan dengan pengembangan maritime cluster, baik perikanan, pembangunan kapal laut, infrastruktur, dan sumber daya laut.
Selain itu juga peningkatan kapasitas SDM melalui program vocational training bagi pelajar dan mahasiswa sekolah maritim di Indonesia. Hal lain yang tak kalah penting adalah pengembangan peta jangka panjang pembangunan maritim Indonesia.
"Saya undang perusahaan-perusahaan bidang maritim di Belanda untuk terlibat dalam pembangunan deep seaports di wilayah Indonesia Timur," kata Jokowi.
Partisipasi perusahaan-perusahaan Belanda dalam proyek-proyek infrastruktur maritim di Indonesia seperti pembangunan deep seaport Kuala Tanjung dan Pelabuhan Tanjung Priok, sangat dihargai oleh Indonesia.
Kemudian dalam bidang perdagangan dan investasi Jokowi menyatakan Belanda merupakan salah satu mitra utama Indonesia untuk perdagangan dan investasi di Eropa. Sayangnya, nilai perdagangan bilateral menunjukkan penurunan.
Pada tahun 2014, nilai perdagangan mencapai US$ 4,89 miliar, sementara 2015 nilai perdangangan sebesar US$ 4,22 miliar. Untuk investasi Belanda ke Indonesia, juga tercatat penurunan. Tahun 2015 sebesar US$ 1,31 miliar sedangkan di tahun 2014 US$ 1,73 miliar.
Menanggapi hal tersebut, Presiden menyampaikan bahwa untuk menunjang ekonomi Indonesia yang tebuka dan kompetitif, pemerintah telah menerbitkan 11 paket deregulasi dan economic reform, layanan cepat pemberian izin investasi di kawasan industri dalam waktu 3 jam, layanan cepat One Stop Service di BKPM dan pembaruan Daftar Negatif Investasi.
"Saya undang Belanda untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek infrastruktur maritim di Indonesia, yaitu Deep seaport Sorong dan Deep seaport Makassar," terang Jokowi.
Di akhir pertemuan ini, Presiden dan PM Rutte menyaksikan penandatangan MoU. Indonesia diwakili oleh Menlu Retno Marsusi. Adapun MoU yang ditandatangani antara lain MoU di bidang pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan serta MoU di bidang kerjasama maritim.
(miq/ang)