"Pembangunannya waktu itu dimulai sendiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 28 Desember 2015. Sekarang perkembangannya sudah 2,5%," ujar Kepala Pusat Bendungan Imam Santoso kepada detikFinance, Senin (25/4/2016).
Pekerjaan yang dilapangan saat ini terdiri dari galian struktur pondasi bendungan, galian saluran pengelak dan spill way. Keberadaan bendungan ini punya arti penting, tidak terlepas dari kondisi NTT yang tergolong tropis kering (semi arid) dengan curah hujan rata-rata 1,200 mm/tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang, air yang melimpah saat musim hujan, tak bersisa ketika kemarau datang. Tiap kemarau tiba, debit sumber air menurun drastis. Maka dampaknya adalah sulitnya kegiatan pertanian dilakukan dan pasokan air beku tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan dan pedesaan.
Padahal, bila ada bendungan, air berlimpah selama musim hujan bisa ditampung sehingga dapat menahan potensi terjadinya banjir. Kemudian air yang ditampung tadi bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
Bendungan Rotiklot terhubung dengan sungai Mota Rotiklot yang memiliki panjang 6,41 km. Bendungan mampu menampung 2,9 juta meter kubik air dengan luas daerah genangan 24,91 ha dan usia guna waduk selama 50 tahun.
Dari bendungan akan dihasilkan suplai air baku untuk masyarakat dan pelabuhan Atapupu sebesar 40 liter per detik. Ini juga sekaligus menjadi penyedia air untuk padi seluas 139 hektar dan palawija 500 hektar.
Manfaat lainnya akan dinikmati masyarakat setempat adalah ketersediaan listrik sebesar 0,15 mega watt dan pengendalian banjir di wilayah Ainiba. Masyarakat juga bisa menjadikan bendungan sebagai objek pariwisata.
Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan adalah Rp 450 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun jamak 2015-2018. Kontraktor pelaksana adalah PT Nindya Karya dengan jangka waktu pelaksanaan 37 bulan atau pada 2018.
"Waktu pelaksanaan pembangunan Bendungan Rotiklot diperkirakan selama 37 bulan. Target 2018 bisa terbangun dan beroperasi," pungkas dia. (dna/ang)