Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran Kementerian Pertanian (Kementan), Yanuardi mengungkapkan, ketergantungan bawang putih impor dimulai saat impor komoditas tersebut dibuka lebar pada tahun 1996.
"Setelah dibuka bebas, langsung banjir bawang putih murah dari China. Karena kalah harga jauh, jelas produksi mereka lebih murah, akhirnya petani rugi. Dampaknya orang malas tanam lagi, dari situ sampai saat itu akhirya kita mulai ketergantungan pada impor," katanya kepada detikFinance, Selasa (26/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Puncaknya mungkin 1998 sudah susah sekali cari bawang putih lokal. Makanya impor dibuka lebar-lebar ini dampaknya besar sekali, karena rugi terus mulai petani mati suri. Sampai sekarang nggak mau tanam lagi," ujarnya.
Dia menuturkan, sebelum mulai menghilang, sentra-sentra bawang putih tersebar di beberapa wilayah berhawa sejuk seperti Malang, Karanganyar, Tasikmalaya, Wonosobo, dan Simalungun.
"Dulu saat masih jaya-jayanya, kaya orang-orang petani bisa beli mobil sama naik haji dari bawang putih di Malang, sekarang kalau mau tanam rugi, kalah dulu sama bawang putih China," pungkas Yanuardi. (wdl/wdl)











































