Dari sisi kualitas, bawang putih lokal sebenarnya lebih baik ketimbang bawang putih China. Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran Kementerian Pertanian (Kementan), Yanuardi mengatakan, varietas bawang putih yang dihasilkan petani lokal sebenarnya lebih bagus, baik dari sisi aroma maupun ukurannya.
"Dulu saat masih banyakan lokal, rasanya itu lebih berkualitas dibanding bawang impor China. Satu siung bawang putih lokal, itu sama dengan 4-5 siung bawang putih China kalau kita pakai di dapur, ukuran juga nggak kalah," jelasnya kepada detikFinance, Selasa (26/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang generasi sekarang sudah nggak bisa bedakan dengan yang bawang putih lokal. Karena semuanya sudah di mana-mana dari impor, orang dulu masih bisa bedakan. Kalah harga, petani pada mati suri," ujarnya.
Dia menuturkan, sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan pada impor, Kementan pernah mencoba membudidayakan bibit umbi bawang putih asal China ditanam di kawasan pegunungan lereng Gunung Slamet di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
"Ternyata setelah ditanam di Tegal, bawang dari China ukurannya lebih besar dari yang diimpor selama ini. Tapi, kualitasnya jelek, baunya nggak ada. Dari situ lebih baik kita kembangkan bawang putih lokal saja, karena memang dari kualitas juga lebih baik, masalahnya cuma di harganya yang kalah jauh," pungkas Yanuardi.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2016, impor bawang putih mencapai 21.858 ton atau senilai US$ 18,6 juta. Untuk akumulasi Januari-Maret 2016, impornya sebesar 98.414 ton dengan nilai US$ 74,8 juta. Sedangkan negara asal pemasok bawang putih ke dalam negeri adalah China. (ang/ang)











































