Menteri Perdagangan (Mendag), Thomas Trikasi Lembong, bercerita dirinya pernah sampai menyeka air mata saat diperlihatkan kondisi memprihatinkan Mama-mama pedagang yang berjualan di atas trotoar.
Hal tersebut diungkapkan Lembong saat ikut menemani Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pasar Mama-mama di Distrik Gurabesi, Kecamatan Jayapura Utara, Kota Jayapura, Sabtu (30/4/2016).
"Saya ingat saat pertamakali menjabat sebagai Mendag. Saya ingat begitu terharu lihat foto-foto dari Mama-mama pedagang dalam kondisi yang nggak bisa diterima. Akhirnya saya keluar ruangan dan nggak bisa tahan air mata," tutur Lembong.
Pasar Mama-mama yang dibangun di atas lahan bekas pool bus Perum Damri ini sendiri diperuntukan untuk pedagang yang saat ini menempati trotoar, khususnya yang berada di sepanjang Jalan Percetakan Negara, Kota Jayapura.
Lembong mengungkapkan, Pasar Mama-mama yang sebenarnya direncanakan sejak 2001 ini baru bisa terealisasi dengan bantuan Kementerian BUMN. Pasar ini memiliki 2 lantai, lantai pertama sebagai pasar basah, dan lantai atas sebagai loss kerajinan khas Papua.
"Ini juga program dari Kementerian BUMN, perjuangkan saat masa transisi percepat program Nawa Cita yang dikebut dengan minta BUMN lakukan mobilisasi. Kebetulan Damri punya tanah," ujar Lembong.
"Bukan hanya (pembangunan) fisik. Tapi dengan program-program akan diiringi juga seperti pendidikan anak-anak, masalah edukasi kesehatan. Juga agar Mama-mama bisa naik kelas, tak hanya berjualan sayur-mayur, tapi juga bisa dagang lain-lain. Buat cinderamata kan juga bisa diperdagangkan Mama-mama" imbuhnya.
(ang/ang)
Hal tersebut diungkapkan Lembong saat ikut menemani Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pasar Mama-mama di Distrik Gurabesi, Kecamatan Jayapura Utara, Kota Jayapura, Sabtu (30/4/2016).
"Saya ingat saat pertamakali menjabat sebagai Mendag. Saya ingat begitu terharu lihat foto-foto dari Mama-mama pedagang dalam kondisi yang nggak bisa diterima. Akhirnya saya keluar ruangan dan nggak bisa tahan air mata," tutur Lembong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembong mengungkapkan, Pasar Mama-mama yang sebenarnya direncanakan sejak 2001 ini baru bisa terealisasi dengan bantuan Kementerian BUMN. Pasar ini memiliki 2 lantai, lantai pertama sebagai pasar basah, dan lantai atas sebagai loss kerajinan khas Papua.
"Ini juga program dari Kementerian BUMN, perjuangkan saat masa transisi percepat program Nawa Cita yang dikebut dengan minta BUMN lakukan mobilisasi. Kebetulan Damri punya tanah," ujar Lembong.
"Bukan hanya (pembangunan) fisik. Tapi dengan program-program akan diiringi juga seperti pendidikan anak-anak, masalah edukasi kesehatan. Juga agar Mama-mama bisa naik kelas, tak hanya berjualan sayur-mayur, tapi juga bisa dagang lain-lain. Buat cinderamata kan juga bisa diperdagangkan Mama-mama" imbuhnya.