Saat ini impor daging kerbau dari India tinggal menunggi terbitnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang mengaturnya. Diharapkan impor daging kerbau dari India bisa membuat harga daging sapi saat lebaran turun sampai Rp 80.000/kg dari saat ini di atas Rp 100.000/kg.
Tetapi para pedagang pasar yang tergabung dalam Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) tak yakin daging kerbau dari India bisa menurunkan harga daging sapi, sebab masyarakat Indonesia belum tentu suka mengonsumsinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, sulit untuk mengubah selera masyarakat yang selama ini biasa mengkonsumsi daging sapi. "Itu sudah kadi kebiasaan, susah mengubahnya dalam waktu singkat," ucapnya.
Para pedagang pasar pun tak terbiasa menjual daging kerbau. Tentu akan sulit bila tiba-tiba harus menjualnya karena pedagang belum mengetahui segmen pasar yang tepat. "Daging kerbau jarang sekali dijual di pasar, segmennya kecil. Harusnya ada survei dulu dari pemerintah untuk mengetahui pasarnya," ujar Mansuri.
Daripada mengimpor daging kerbau dari India, Mansuri menyarankan pemerintah lebih baik berupaya membuat masyarakat tidak ketergantungan pada daging sapi, beralih ke daging-daging lainnya yang ketersediaannya melimpah di Indonesia.
"Cari alternatif untuk mengubah ketergantungan itu. Misalnya untuk bakso, bisa pakai daging ikan," cetusnya.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang, juga pesimis impor daging kerbau India bisa ampuh menekan harga daging sapi. Sebab, izin impornya hanya diberikan pada Perum Bulog yang belum menguasai pasar daging sapi.
"Kan yang diizinkan mengimpor hanya Bulog, Bulog masih belajar. Belum tentu juga masyarakat suka daging kerbau dari India," tutupnya. (ang/ang)