"Waktu itu, karena gencarnya pembangunan banyak bangunan-bangunan tua di Singapura dihancurkan dan dijadikan gedung bertingkat. Sejak saat itu tak ada lagi turis yang mau berkunjung," Cor Dijkgraaf, anggota tim pakar dari pengembangan kawasan bersejarah dari Leiden University, Belanda, di Hotel Werdhapura, Bali, Senin (9/5/2016).
Ia melanjutkan, sadar akan dampak buruk pembangunan yang tersebut, Pemerintah Singapura kala itu akhirnya merobohkan gedung bertingkat yang sudah terlanjur berdiri dan medirikan ulang bangunan-bangunan peninggalan sejarah sesuai dengan bentuk aslinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Clark Quay adalah satu kawasan yang terletak di tepian sungai satu-satunya di Singapura. Kawasan ini terkenal dengan bangunan unik bersejarah dan wisata kulinernya dan berbagai festival dan hiburan menjadikannya kawasan yang paling diminati oleh para wisatawan.
Hal tersebut bisa ditiru Indonesia dalam mengembangkan kawasan perkotaannya agar lebih menarik.
"Peninggalan bersejarah membuat kota itu unik dan menjadikannya berbeda dengan kota yang lain. Makanya orang mau berkunjung ke sana. Tidak ada orang yang mau berkunjung ke satu kota hanya untuk melihat gedung bertingkat, karena gedung bertingkat bisa ditemui di mana-mana. Tapi kalau heritage, nggak semua lokasi punya. Dan tentu setiap kota berbeda, makanya menarik," imbuh dia. (dna/hns)