Mengapa perlambatan ekonomi China mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang? Selama ini, China adalah konsumen terbesar komoditas tambang dan perkebunan dari negara berkembang. Saat ekonomi China melambat, maka permintaan terhadap komoditas tambang dan perkebunan juga ikut turun.
Akibatnya, harga kedua komoditas itu ikut jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mirza, jatuhnya harga komoditas tambang dan perkebunan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dua pulau di Indonesia, yaitu Sumatera dan Kalimantan. Kedua pulau ini merupakan penghasil komoditas tambang dan perkebunan.
"Ekonomi China dulu tumbuhnya 11%-12%, sekarang hanya sekitar 6,5%. Itu membuat harga komoditas tambang dan perkebunan jatuh signifikan, dan itu membuat pertumbuhan ekonomi di wilayah penghasil komoditas seperti Sumatera, Kalimantan, jatuh," terang Mirza.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi China melemah karena pada awalnya Negeri Tirai Bambu itu memang ingin melambatkan ekonominya. Tapi, perlambatan ekonominya terlalu dalam, ditambah lagi dengan gejolak suku bunga di Amerika pada 2013-2015, dan gejolak moneter di beberapa negara.
Tapi, sekarang mulai nampak pemulihan terhadap geliat ekonomi China.
"Sekarang ekonomi China mulai ada tanda pemulihan walaupun tidak signifikan. Sehingga kita bisa lihat harga komoditas, CPO, karet, nikel, timah sudah mulai meningkat meski tidak signifikan. Amerika sudah menaikkan suku bunganya, dan masih akan naik tapi tertunda. Itu membuat situasi bisa jadi lebih stabil di negara emerging market dan membuat kurs kita lebih stabil," pungkas Mirza. (hns/bag)











































