Di Depan Sidang IDB, Menkeu Ceritakan Fenomena Ojek Online

Di Depan Sidang IDB, Menkeu Ceritakan Fenomena Ojek Online

Maikel Jefriando - detikFinance
Rabu, 18 Mei 2016 17:17 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertajuk inovasi yang merupakan rangkaian kegiatan Sidang Tahunan Islamic Development Bank (IDB). Seminar ini dihadiri oleh para petinggi dan perwakilan negara anggota IDB.

Bambang menyampaikan, inovasi luar biasa ini muncul di Indonesia, khususnya Jakarta sejak beberapa tahun lalu terkait angkutan transportasi di tengah persoalan kemacetan yang belum dapat teratasi.

"Di tengah kemacetan ada satu inovasi dan itu sangat sederhana muncul di Indonesia," kata Bambang mengawali paparannya di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu (18/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada negara lain, Bambang menuturkan solusi dari kemacetan adalah penggunaan taksi. Jakarta juga menyediakan taksi, namun ternyata kebutuhannya sangat tinggi. Kemacetan parah juga membuat taksi tidak bisa berbuat banyak.

"Sekarang taksi itu tak memadai karena terjebak juga dalam kemacetan. Lalu ada yang berpikir kenapa taksi itu mobil? kenapa bukan motor?," jelasnya.

Tidak sedikit perdebatan yang muncul atas inovasi yang kemudian menjadi fenomena tersebut, karena sesuatu yang tidak bersifat biasa. Namun seiring dengan kebutuhan yang melonjak, maka transportasi bernama ojek bertahan sampai sekarang.

"Ini kemudian menjadi bisnis besar. Banyak orang yang tidak memiliki perkerjaan reguler, mereka beli motor dengan cicilan dan gunakan sepeda motor dan menjadi ojek. Ojek ini telah menjadi populer, khususnya Jakarta," kata Bambang.

Masalah ternyata belum juga selesai. Kemacetan belum cukup terselesaikan hingga sekarang. Sementara untuk membutuhkan ojek, orang harus mencari lokasi 'mangkal' pengendara ojek. Kadang banyak warga di Jakarta akhirnya tidak mendapatkan ojek.

Inovasi kemudian berlanjut dari seorang pengusaha dalam negeri. Bambang memaparkan pengusaha tersebut membuat aplikasi pada telepon pintar (smartphone) untuk memudahkan orang mendapatkan ojek atau pemesanan ojek berbasis aplikasi. Prinsipnya sama seperti Uber yang juga tersedia pada negara-negara lain.

"Jadi orang ini hanya ciptakan aplikasi dengan nama Go-Jek. Pergi dengan ojek," sebutnya.

Go-Jek mampu mengakomodir para ojek yang tadinya bergerak individual. Ada identitas khusus yang diberikan, seperti seragam, kartu tanda pengenal dan lainnya sehingga dua hal didapatkan konsumen, yakni kenyamanan dan keamanan.

"Sebelumnya mereka ada secara individu, sekarang bagian perusahaan," tegas Bambang.

Selain itu, Go-Jek juga meningkatkan fasilitas dengan menyediakan pesan antar makanan. Fasilitas ini tadinya hanya dimiliki oleh restoran atau cafe ternama.

"Sekarang dengan Go-Jek, kita bisa order makanan dan sekaligus sudah tahu harganya. Kita minta diantar ke rumah kita. Nanti Go-Jek pakai uang mereka dulu. Baru setelah dia antar dan anda membayar seharga makanan dan biaya antar. Maka hidup di Jakarta lebih nyaman karena ada inovasi," paparnya.

Menurut Bambang, Go-Jek merupakan inovasi yang sederhana namun memiliki makna yang besar. Dengan aplikasi ini maka lahir lapangan pekerjaan baru, peningkatan kegiatan ekonomi dan kenyamanan serta keamanan bagi para pengguna jasa transportasi.

"Saya percaya anak-anak muda Indonesia kalau mereka memutuskan untuk jadi Go-Jek, mereka tidak merasa pecundang. Karena dulu pekerjaan ojek dianggap karena tidak punya kerjaan. Sekarang orang menginginkan pekerjaan itu," tukasnya. (mkl/feb)

Hide Ads