AP II ingin meningkatkan kinerja seluruh bandaranya agar mendapatkan keuntungan. Karena itu peran General Manager (GM) Bandara, selaku pimpinan pengelola bandara butuh ditingkatkan.
Budi Karya Sumadi, Direktur Utama AP II, mengatakan dirinya ingin GM Bandara mengerti soal kesehatan keuangan bandara. Sehingga sisi bisnis bisa ditingkatkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain keuangan, GM Bandara juga harus mengerti cara berhubungan dengan maskapai agar mau membuka rute dari bandara yang dipimpinnya. Budi mencontohkan bandara Minangkabau.
"GM harus memikirkan potensi dari Padang. Penerbangan ke Singapura tidak ada. Bisa saja kita mengundang orang-orang Singapura untuk berwisata ke sini. Dari sini ke Sibolga juga. GM adalah orang yang paling tahu daerahnya. Yang besar lagi adalah umrah. Ini suatu pergerakan yang mesti dianalisa. Jadi GM bukan jadi tukang jaga saja. GM harus menjemput bola dan create the market," papar Budi.
Peningkatan kemampuan GM Bandara penting, karena dengan begitu investasi yang dikeluarkan untuk pengembangan bandara bisa produktif.
"Saya senang karena beberapa bandara kami sudah mulai untung. Kalau dulu hampir semuanya rugi. Tahun ini ada 3 bandara kami yang untung, yaitu Palembang, Pontianak, dan Pekanbaru. Tahun depan, Padang harus untung," jelas Budi.
Untuk tahun depan, Budi meminta bandara Padang dan Pangkal Pinang bisa untung. Kemudian tahun berikutnya, Aceh dan Tanjung Pinang. Setelah itu, Bandara Silangit ditargetkan untung.
Soal bandara Minangkabau, Budi punya target agar bandara ini menjadi bandara bintang 3 tahun depan, dan tahun berikutnya menjadi bandara bintang 4. Bandara ini akan menjadi bandara kedua di Indonesia yang dilengkapi transportasi kereta.
"Ada ATM, WiFi, lounge yang bagus, AC, toilet, taksi seperti apa. Ada puluhan sampai ratusan kriteria. Karena Padang adalah salah satu destinasi wisata pilihan terbaik Indonesia," kata Budi.
"Dari Padang, penumpangnya kan lebih dari 3 juta. Cuma kualitas dari bandara belum maksimal. Sekarang kita ada dana yang cukup besar, untuk interior saja Rp 80 miliar, tenant akan kita buat lebih selektif karena saat ini masih banyak tenant yang itu-itu saja," jelas Budi.
Dalam 5 tahun, dia menargetkan bandara ini memiliki kapasitas 5 juta penumpang/tahun, dari kapasitas saat ini 2,3 juta/tahun.
Budi ingin bandara-bandara yang dikelola AP II tertib dan sistematis. Khususnya terkait dengan angkutan umum yang mengantar penumpang dari dan menuju bandara.
"Sekarang ini kita harus jujur, layanan taksi yang ada di bandara belum terlalu bagus, karena ada premanisme. Kita mungkin akan secara sistematis akan berikan kompetisi, untuk BlueBird atau Grab masuk. Supaya mereka juga bisa memberikan layanan yang kompetitif. Lalu Damri, beberapa kota sudah dilakukan. Di Padang sudah ada, tapi belum insentif. Jadi kita harus lakukan dengan baik," ujarnya. (wdl/wdl)











































