Menkeu: AS Pernah Frustrasi Kekurangan Penerimaan Pajak

Menkeu: AS Pernah Frustrasi Kekurangan Penerimaan Pajak

Dana Aditiasari - detikFinance
Senin, 23 Mei 2016 16:14 WIB
Menkeu: AS Pernah Frustrasi Kekurangan Penerimaan Pajak
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Negara-negara yang tergabung dalam G 20 bersepakat untuk menerapkan Automated Exchange of Information (AEOI) alias barter data secara otomatis di sektor keuangan untuk mempermudah penelusuran data wajib pajak di masing-masing negara.

Menariknya, ide pertukaran data ini justru muncul dari negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang ternyata mengalami defisit neraca keuangannya lantaran penerimaan pajaknya tak pernah mencapai target sehingga tak cukup untuk mendanai pembangunan infrastruktur di negara tersebut.

"Dari mana EAOE muncul? Datang dari Amerika. Karena, mereka frustrasi banyak yang menyimpan dananya di luar negeri seperti di Swiss," kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro dalam pidatonya pada pembukaan acara International Conference on Tax, Investment, and Business di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (23/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu, Swiss dikenal sebagai negara yang sangat ketat dalam menyimpan data para nasabahnya sehingga Pemerintah Amerika sulit melacak kekayaan warga Negeri Paman Sam yang menempatkan kekayaannya pada bank-bank di Swiss.

Akibatnya, negara adidaya tersebut kehilangan potensi penerimaan dari pajak yang cukup besar.

"Namun dengan upaya keras akhirnya ia (Amerika) bisa membuka informasi bank di Swiss, sehingga bisa mendapat data rekening orang kaya Amerika di Swiss," sambung dia.

Hal ini lah yang menjadi cikal bakal munculnya ide AEOI di negara-negara anggota G-20. Agar lebih mudah melacak transaksi dan kekayaan perusahaan di satu negara meskipun dia melakukan transaksi di luar negeri.

"Dengan adanya ini no more bank secret, nowhere to hide (tak ada lagi kerahasiaan bank, tak ada tempat untuk bersembunyi)," pungkas dia. (dna/feb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads