Dibukanya impor merupakan bencana bagi petani bawang merah di dalam negeri. Ketika orang-orang lain mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) dan bisa berbelanja macam-macam saat lebaran, para petani bawang merah merana.
Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Jawa Timur, Akad, mengungkapkan bahwa saat lebaran nanti harga bawang merah akan terjun sampai di bawah biaya yang dikeluarkan petani untuk menanam bawang merah akibat adanya impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petani bawang merah merasa heran dengan kebijakan pembukaan impor itu, sebab pasokan bawang merah dari dalam negeri masih aman, harga bisa turun dengan sendirinya tanpa adanya impor.
"Kalau dari harga, sebenarnya sudah turun dengan sendirinya, produksi kita cukup kok tanpa impor. Saya heran pertimbangannya (pemerintah membuka impor) apa, petani ditekan karena ada campur tangan impor," ucapnya.
Tanpa adanya bawang merah impor, harga bawang merah sebenarnya bisa Rp 20.000/kg di tingkat konsumen. Ini terbukti dari kerja sama antara petani bawang merah dengan Perum Bulog.
"Kita dari Nganjuk sudah memasok 300 ton bawang merah ke Bulog Kelapa Gading (Jakarta). Kami sanggup jual ke Bulog, di konsumen bisa Rp 20.000/kg. Sekarang sudah ada 54 ton lagi belum diambil Bulog," papar Akad.
Mahalnya harga bawang merah di pasaran, menurutnya, bukan karena masalah pasokan. Produksi sebenarnya cukup, tapi ada masalah di rantai pasokan. "Kami juga bingung kenapa harga di pasaran kok bisa sampai Rp 40.000/kg, nggak turun-turun," tuturnya.
Pembukaan impor bawang merah membuat petani kehilangan semangat untuk menanam. Langkah pemerintah ini dinilai petani terlalu terburu-buru, tidak memikirkan nasib petani.
"Petani jadi ragu untuk menanam lagi. Kita sudah susah payah menanam tahu-tahu ada impor," pungkasnya. (ang/ang)











































