BPS: Inflasi Bulan Juni dan Juli Akan Lebih Tinggi

BPS: Inflasi Bulan Juni dan Juli Akan Lebih Tinggi

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Selasa, 31 Mei 2016 19:43 WIB
BPS: Inflasi Bulan Juni dan Juli Akan Lebih Tinggi
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Besaran inflasi saat bulan puasa dan selama masa lebaran diperkirakan akan meningkat dibandingkan bulan-bulan biasa. Kenaikan inflasi di bulan Juni dan Juli diperkirakan sulit mendapatkan angka yang kecil.

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, besaran inflasi pada bulan Juni dan Juli akan mengalami sedikit peningkatan lantaran terjadi gejolak harga pangan di pasar. BPS menyebutkan, besaran inflasi dua bulan ke depan sulit berada di bawah 0,5%.

"Juni dan Juli itu biasanya karena itu sudah bulan puasa dan bulan lebaran. Biasanya sulit untuk kecil, jadi kalau misalnya 0,5% saja itu masih kecil, kalau bulan Juni dan Juli lain. Puncaknya malah di Juni nanti, karena kan lebaran pada tanggal 7 Juli jadi mungkin puncak kenaikan harga di minggu pertama Juli tapi setelah lebaran akan menurun tajam," terang Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menjaga besaran inflasi dalam posisi yang aman, BPS menyebutkan, kunci utamanya adalah memastikan ketersediaan bahan pangan dalam jumlah yang cukup sehingga tidak terjadi gejolak harga di pasar.

Namun, untuk memastikan jumlah pasokan aman saat puasa dan lebaran juga terbilang sulit lantaran banyaknya pedagang yang berhenti berjualan dan pulang ke kampung halamannya. Selain pangan, inflasi yang perlu diwaspadai adalah pada tarif angkutan umum yang biasanya mengalami kenaikan jelang lebaran.

"Kita berharap sebaiknya di bawah 1%, saya kira masih aman. Tapi kalau bisa di bawah 0,5% itu akan luar biasa. Itu kuncinya suplai harus mencukupi untuk segala jenis barang dan jasa. Ya tapi kan nggak mungkin, kadang-kadang kan di bulan Ramadan, di minggu-minggu ketiga Ramadan orang-orang kan sudah mulai mudik. Yang mereka punya usaha-usaha mandiri nah itu akan menyebabkan, terutama jasa angkutan itu juga akan melakukan adjustment tarifnya," jelas Sasmito.

Potensi kenaikan inflasi lainnya yang harus diwaspadai adalah dari sektor transportasi. Selain lebaran, bulan Juli juga diikuti dengan libur sekolah yang berdampak pada kebutuhan jasa angkutan untuk liburan. Peningkatan permintaan jasa angkutan saat libur sekolah juga diperkirakan akan menyumbang besaran inflasi pada bulan Juli.

"Jadi Juli kalau cuma dilihat dari dampak bulan puasa Ramadan nggak terlalu besar. Tapi kalau habis itu ada pergantian tahun ajaran baru dan otomatis musim libur, nah itu dampak terhadap kebutuhan jasa ya, terutama jasa angkutan travel. Itu saya kira harus diwaspadai sejak sekarang, terutama tarif angkutan," tutur Sasmito.

Pihaknya menyebutkan, persediaan komoditas pangan seperti bawang merah dan cabai di bulan Juli dipastikan aman karena tibanya musim panen. Sedangkan yang perlu diwaspadai secara ekstra adalah potensi kenaikan inflasi yang disebabkan oleh tingginya biaya liburan dan biaya sekolah.

"Untuk barang komoditas, bulan Juli itu misalnya kayak bawang merah, itu puncak panennya, artinya dari sisi sana kita agak terjaga juga. Kita tidak khawatir sama bawang merah. Cabai-cabai juga agak aman karena musim hujan jadi persediaannya cukup. Tinggal kita waspadai dari sisi dampak liburan dan dampak kenaikan uang sekolah dan uang kuliah," tutup Sasmito. (drk/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads