Hal ini dilakukan Bulog guna mengantisipasi permintaan bawang yang naik menjelang puasa. Namun, ternyata bawang merah asal Bima ini tidak disukai oleh masyarakat. Selain itu, kondisi yang diterima dari Bulog juga banyak yang rusak dan lembab.
"5 hari yang lalu ada dari Bulog. Tapi itu dari Bima. Bawangnya hancur dan lembab. Banyakan busuknya. Jadi banyak yang nggak nimbang (beli)," kata Anto, salah satu pedagang bawang merah saat ditemui detikFinance di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (05/06/16).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalahnya dari pemerintah mungkin kurang pintar ngerawat bawangnya. Ditumpuk lembab jadi busuk. Kalau pintar ngerawatnya bisa sampai satu bulan masih bagus. Perjalanan ke Bima saja dua hari dua malam. Terus di sini di gudang. Jadi lama," ungkapnya. (drk/drk)











































