Lantas, kenapa harga daging sapi hingga kini masih tinggi? Almunir Mochtar, pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) Bina Karya di Cengkareng, Jakarta Barat, menjelaskan rantai distribusi sapi dari feedloter (penggemukan) hingga ke pasar.
Menurut Almunir, sapi impor dari feedloter dibanderol Rp 43.000/kg bobot timbang hidup, sedangkan sapi lokal harganya Rp 44.000/kg bobot timbang hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, setelah sampai ke tingkat pedagang pengecer harganya bisa berkisar antara Rp 115.000-Rp 120.000/kg.
"Cara biar harga Rp 80.000/kg, ya dari harga sapi hidup harus turun, jangan Rp 43.000/kg. Penurunan bisa dimusyawarahkan tapi maksimal Rp 40.000/kg untuk timbang hidup. Itupun tidak kategori daging bersih (tanpa lemak) tapi daging standar (masih berlemak). Kalau mau bersih ada biaya lagi," ujar Almunir saat mendampingi sidak Ketua KPPU, Syarkawi Rauf di RPH Bina Karya, Kamis (9/6/2016)
"Kalau di Feedloter Rp 40.000/kg, di pasar maksimal kurang dari Rp 100.000/kg. Kalau Rp 37.000/kg dari feedloter bisa dijual Rp 80.000/kg, bisa mengikuti apa mau Pak Presiden. Kalau dengan yang ada sekarang nggak bisa karena harga Rp 43.000/kg. Sampai ada perubahan baru bisa Rp 80.000, harga feedloter yang harus berubah. Apalagi menjelang Lebaran jeroan kurang lagi, makanya terdongkrak, harga makin naik," terang Almunir.
Ketua KPPU, Syarkawi Rauf menambahkan, saat ini pasokan sapi dari feedloter ke RPH lancar, khususnya di daerah Tangerang dan Jakarta Barat. Namun memang, harga dari feedloter masih tinggi.
"Sekarang hampir semua feedloter memasok ke RPH. Artinya penimbunan sulit dikatakan terjadi, yang ada harga sapi hidup per kilogram masih tinggi. Komponen untuk menurunkan harga sapi hidup ada beberapa seperti pakan, transportasi, retribusi, PPN, ini semua harus dilihat ulang agar harga di feedloter bisa turun," tutur Syarkawi. (hns/feb)











































