Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, terjadi anomali harga pangan, padahal berdasarkan data, semestinya tak terjadi kenaikan harga..
"Ini diperdebatkan masalah harga. Supply chain terlalu panjang. Kalau referensi harga, bawang naik, izinkan juga impor CPO, impor ayam, telur. Minyak goreng kita produsen terbesar dunia. Yang mengerikannya di Malaysia, Singapura harga 6.000. Di kita 11.000, padahal kita yang ekspor. Minyak goreng kebutuhan kita 425.000 ton, produksi 1,8 juta ton. Tapi harga naik. Apa iri sama bawang?," ujar Amran di Gedung BPK RI, Jakarta, Selasa (21/06/16).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Luar biasa masalahnya dari hulu ke hilir, ini harus kita atasi bersama. Jadi kita sepakat gunakan data BPS ke depan," tambahnya.
Bawang merah di petani Rp 9.000/kg, di konsumen Rp 36.000/kg, disparitas 300%. Daging sapi Rp 60.000/kg di peternak, di konsumen Rp 120.000/kg, disparitas 100%. Ayam Rp 10.000/kg di peternak, di konsumen Rp 33.000/kg, disparitas 230%
"Kalau produksi semua naik, diragukan. Tetapi kalau kemiskinan inflasi naik tidak ada yang protes. Itu sudah benar. Mau dibawa ke mana negara ini?," pungkas Amran. (hns/hns)











































