Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain, mengatakan perkara breeding tak hanya pada proses pembuntingan sapi saja. Yang lebih rumit justru saat menjaga indukan saat hamil, sampai anakan sapi menjadi dewasa.
"IB sudah lama ada di Indonesia, tapi tidak optimal. Karena prosesnya panjang agar dapat kualitas sapi yang bagus, kalau impor (bakalan) sapinya sudah bagus, tinggal digemukkan saja, feedloter kan sebenarnya hanya pedagang saja," kata Zulkarnain kepada detikFinance di peternakan PT Karya Anugerah Rumpin, Bogor, Selasa (21/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perawatan induk dan anak inilah, jelas Iskandar, yang jadi tolak ukur keberhasilan usaha pembibitan. Sementara, peternak rakyat tanpa pendampingan sulit untuk melakukannya. Di sisi lain, bagi perusahaan swasta, proses tersebut memakan waktu lama da investasi besar.
"Perputaran uangnya lama, investasinya besar. Kalau peternak kecil kan tidak dirawat dengan baik sapi indukannya. Padahal dengan IB, kita bisa mendesain kualitas sapinya, bisa tentukan sapinya mau jantan apa betina. Tinggal mau rawat apa nggak?" tandas Iskandar. (ang/ang)











































